46. Pengakuan

5 4 0
                                    

Keesokan harinya Aisyah sudah siap-siap ke sekolah. Hari ini dia mempersiapkan segalanya, mulai dari pakaian yang rapi dan jangan lupakan untuk kesiapan mentalnya menjelaskan kesalahan yang dibuat selama ini. Bukan hanya ke keluarga Nisa, ia juga akan menjelaskan kesalahannya itu ke Madrasahnya. Berulang kali ia mengambil nafas, ia tau setelah ini hidupnya tidak akan baik-baik saja. Tapi, apapun itu yang penting ia sudah mengakui kesalahannya.

Tidak henti-hentinya ia tersenyum, melangkah menuju kelasnya. Bukan karena ia ingin terlihat baik-baik saja. Tapi, ia sudah bertekad setelah ini ia akan memperbaiki hidupnya. Perlahan ia mengerti, masalah yang datang kepadanya adalah ujian untuk membuatnya lebih dewasa lagi.

Berterima kasih untuk masalah yang datang bukan berarti kita menyukai masalah itu. Tapi, kita harus bersyukur setidaknya kita tetap di uji oleh Allah. Itu artinya Allah masih sayang sama kita. Memang terkadang kita merasa tidak adil saat masalah itu datang, dan pada keadaan itu yang hanya kita ambil adalah sisi negatif dari masalah itu sendiri. Kita memerlukan keadilan, kita memerlukan kasih sayang yang dimiliki oleh orang lain, kita tidak ingin di benci oleh orang lain dan masih banyak lagi pemikiran-pemikiran negatif karena masalah itu. Tapi, dengan berjalannya waktu kita akan menyadari bahwa masalah yang datang itulah yang membuat kita bertahan sampai sekarang ini. Tidak mudah goyah, memiliki rasa percaya diri dan pendirian.

Aisyah tiba-tiba berpapasan dengan Akram. Mereka tidak saling sapa baik Akram maupun Aisyah, Akram bahkan hanya menatapnya sebentar dengan tatapan yang sulit diartikan dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aisyah berusaha tersenyum dan membalikkan badannya. Ia sudah bertekad untuk memperbaiki kesalahannya, jadi ia ingin meminta maaf kepada Akram.

"Akram" panggil Aisyah namun Akram tetap melangkah, bahkan lebih cepat dari sebelumnya.

"Akrammm" panggil Aisyah lagi, namun masih sama Akram mengabaikan panggilannya. Aisyah menghembuskan nafas pasrah dan membiarkan Akram pergi.

Aisyah tetap berjalan dan melewati kelasnya. Ia langsung menuju ke ruang guru. Ita yang melihat Aisyah berjalan melewati kelasnya pun langsung memanggil Aisyah.

"Syahhhh" perlahan Aisyah membalikkan tubuhnya dan menatap Ita bingung. Ita kemudian mendekati Aisyah dan langsung angkat bicara.

"Kamu mau kemana? Kok kamu ngk masuk kelas? "

"Ohh aku mau ke ruang guru"

"Tumben ke ruang guru? Mau ngapain?"

"Ada urusan bentar"

"Iya iya tau ada urusan, nah urusan itu urusan apa?"

"Kepo deh" Ita memajukan bibirnya, ia sangat kesal mendengar jawaban Aisyah. Aisyah malah cengengesan melihat wajah kesal Ita.

"Hahah sorry. Ngk usah kepo yah Ita-ku sayang!" ucap Aisyah mencubit Pipi Ita.

"Kasi tau dulu, kamu mau ngapain ke ruang guru"

"Huftsss nanti kamu tau sendiri. Aku ke ruang guru dulu, sudah terlambat soalnya. Bentar lagi bel masuk, kamu ke kelas aja. "

"Yaudah deh kalau gitu, aku ke kelas yah" Aisyah mengangguk namun ia langsung angkat bicara, mencegah Ita untuk kembali ke kelas. Ita menatap Aisyah heran dan mengerutkan dahinya.

"Hmm aku minta maaf yah jika aku ada salah sama kamu selama ini"

"Kok tiba-tiba minta maaf? Kamu mau ke planet mars?" Aisyah tertawa mendengar nada polos dari Ita.

"Hhh iyya rencananya aku memang ingin ke planet mars"

"Wahhh daebak! Kamu mau langkahi astronot yah? Astronot aja ngk pernah tinggal di planet mars"

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang