28. Menikah?

19 4 0
                                    

"Itu mereka"

"Astagfirullah apa yang telah mereka lakukan"

Suara ricuh itu berhasil membangunkan dua insan yang sedang berpelukan. Akram dan Nisa terkaget dan baru sadar bahwa mereka tengah berpelukan. Mereka langsung melepaskan pelukan mereka.

"Semuanya bubar ke kelas masing-masing!"

Semua santri berhamburan ke kelasnya dan menyisakan banyak cerita gosip diantara mereka.

"Kalian berdua ikut saya ke kantor!" ucap kepala madrasah.

Nisa dan Akram berjalan gontai menyusuri koridor sekolah.

"Ram, kita harus bagaimana? Bagaimana kita menyelesaikan kesalahpahaman ini?"

"Jangan khawatir, Allah bersama kita," bisik Akram menenangkan

"Duduk!"

Nisa dan Akram pun langsung duduk di depan kepala Madrasah.

"Apa yang telah kalian lakukan huh?!" tanya kepala madrasah. "Kalian tau, perbuatan kalian itu mencorengkan nama madrasah. Kalian melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan. Apalagi ini Madrasah, bagaimana tanggapan orang-orang nantinya. Apa kalian bisa tanggung jawab?!"

"Ka-kami ti-dak melakukan kesalahan ustaz," gugup Nisa

"Kalian kira yang kalian lakukan bukan kesalahan?!" tanya kepala madrasah. "Baru pertama kalinya ada permasalahan seperti ini. Bisakah kalian berpikir dewasa sebelum melakukannya?! "

"Kami benar-benar tidak melakukan apa-apa ustaz," ucap Akram tidak terima.

"Kalian masih berani mengelak? Kalian itu adalah santri teladan. Bagaimana bisa kalian melakukan ini?! "

"Hanya ada satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ini, kalian harus menikah minggu depan!" lanjut kepala madrasah.

"Menikah?" ucap Nisa dan Akram bersamaan.

"Apa tidak ada cara lain selain menikah ustaz? " ucap Akram

"Kami belum siap ustaz," lirih Nisa

"Siap tidak siap, kalian harus siap. Cuman ini jalan satu-satunya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi."

"Tapi ustaz kami benar-benar tidak melakukan apa- apa, kami di jebak ustaz."

"Terserah kalian bilang apa. Keputusan saya sudah bulat. Besok saya akan memanggil orang tua kalian datang ke pesantren ini dan membicarakan pernikahan kalian. Sekarang cepat keluar dari ruangan saya!"

"Tapi ust-"

"Cepat keluar!"

Nisa dan Akram pun segera keluar dari kantor. Menikah? Ini terlalu cepat bagi mereka berdua.

"Ram aku belum sanggup menikah. hiks.. hiks..," lirih Nisa

"Aku juga Nis. Tapi, bagaimana pun ini harus kita jalani. Sudah jangan nangis lagi," ucap Akram menenangkan Nisa.

"Ram kok nasib kita harus seperti ini sih. Aku capek Ram difitnah seperti ini. Apalagi sampai kita disuruh nikah, bagaimana kehidupan kita nantinya?"

"Udah sabar aja Nis, semua ada hikmahnya"

Nisa menghela nafas, memang benar setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Tapi soal nikah? Nisa belum siap.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang