58. Keputusan yang tepat

3 1 0
                                    

Pemandangan sejuk tak kalah kaki mulai melangkah menyusuri rerumputan yang ada di jalan. Angin yang menerpa wajah seolah-olah menyambut kedatangan gadis berempat itu.

Beberapa kali mereka berdecak kagum, pemandangan yang sangat mengagumkan. Tumbuhan hijau dan pepohonan itu membuat hati menjadi tenang kala memangdangnya.

"Uwaaaaaaa Bagus bangetttttttt! " teriak Tia disusul dengan tatapan kagum oleh keempat gadis itu.

"Bokap lo emang pintar pilih tempat yah, Nin. "

"Aku juga nggak nyangka ternyata tempat yang di pilih papa sangat Bagus"

"Kayaknya gue bakalan betah disini deh" ucap Meli berlalu

"Ehhh Mel tungguin kita napa" ucap Tia menyusul Meli begitupun dengan Ria dan Ainin.

Saat sampai di depan pintu villa seorang kakek menyapa mereka, mereka sempat terkejut.

"Yang mana namanya Ainin disini? " merasa disebut namanya Ainin pun maju dan menyalimi kakek itu begitupun dengan temannya

"Saya Ainin, kek dan ini teman-teman saya"

"Oh jadi kamu yang namanya Ainin, ayah kamu sudah menelpon kakek kalau kamu dan teman-teman kamu akan datang kesini."

Ainin mengangguk, kakek itu beralih menatap Ainin dan menatap teman-temannya.

" sepertinya kamu seumuran dengan cucu saya."

"Cucu kakek? "

"Iya, dia katanya juga ingin kesini bersama teman-temannya. "

"Laki-laki atau perempuan kek? " tanya Meli

"Laki-laki"

"Cucu kakek ganteng nggak kek? " tanya Tia antusias, Meli pun langsung menyenggol lengan Tia dan menatap Tia tajam. Tia hanya bisa cengengesan.

"Heheh maaf kek, Tia cuman bercanda"

"Dia ingin bermalam juga kek? " tanya Ria

"Iya, seperti kalian. Cucu saya dan teman-temannya juga libur selama 2 minggu. "

Ainin menghembuskan nafas pasrah, mereka ingin pergi bersantai-santai disini. Jika benar cucu dari kakek itu datang beserta teman-temannya itu, Ainin sudah pastikan bahwa dia tidak bisa bergerak bebas. Bukannya apa, kedatangan seseorang yang bukan muhrim membuatnya tidak bisa melakukan apapun dengan bebas, ia harus menjaga dirinya, menjaga dirinya untuk terus menutup auratnya, menjaga pandangannnya. Meskipun terkesan meribetkan, itulah cara islam memuliakan perempuan dan menjaga perempuan dengan tidak memamerkan kecantikannya kecuali yang biasa nampak daripadanya seperti keluarga dan suaminya.

"Tapi, kek dimana kita akan bermalam jika cucu kakek dan teman-temannya bermalam disini."

"Disini ada dua Villa, lihatlah di samping villa ini ada villa lain. Kalian tinggal di villa ini sedangkan cucu kakek dan teman-temannya tinggal di villa yang satunya lagi"

Mereka mengangguk dan masuk ke dalam villa. Liburan adalah untuk bersenang-senang, mereka tidak ingin hanya karena cucu dari kakek itu membuat mood mereka hancur.

Setelah masuk kedalam dan menyimpan semua barang-barangnya, Ainin izin keluar untuk menemui kakek itu lagi.

"Untuk apa lo temui kakek itu? "

"Bicara sesuatu"

"Sesuatu apa? Jangan-jangan lo kepo dengan cucu kakek itu, terus lo mau tanya-tanya tentang cucu kakek itu? "

"Ohh yaa Allaahh, pikiranmu itu loh. Jangan suudzon, cuma mau berbincang aja kok sama kakek tadi. Yah sekedar basa basi"

"Gue nggak suudzon sama lo seperti Tia, lo boleh keluar. Yah bahkan kemana pun yang lo mau, disini kita bebas namanya juga liburan asalkan lo nggak jauh-jauh banget"

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang