40. Bertemu di rumah sakit

7 5 0
                                    

"Aininnnnnnn! " teriak Sandra histeris melihat Nisa yang terbaring lemas di lantai dengan darah yang terus keluar dari pergelangan tangan gadis itu. Ia langsung memeluk Nisa.

"Sayang buka matanya sayang. Ainin masih dengarkan perkataan mama? Ainin sayang mama ada disini buka matanha sayang" air matanya tidak bisa ia bendung lagi saat melihat keadaan putrinya.

"Mah, biarkan Alwi menggendong Ainin. Kita bawa Ainin ke rumah sakit. Darahnya terus keluar mah" Sandra mengangguk lemah dan dengan sigap Alwi menggendong Nisa ke mobil.

Saat sampai di rumah sakit, tanpa mempedulikan siapa pun. Alwi menggendong adiknya dan memanggil dokter disusul oleh Sandra yang berjalan di belakang Alwi di bantu oleh Aditama.

Saat melihat pasien, dokter langsung berjalan menghampiri mereka.

"Ehh Adi, ada apa ini? " ucap dokter ramah

"Tolong selamatkan Putri saya Aris, tangannya terluka. " ucap Aditama dengan setenang mungkin. Dokter itu mengerutkan dahinya, pasalnya sahabatnya ini tidak memiliki seorang Putri.

"Aris, Putri saya butuh pertolongan" perkataan Adi lagi membuat Aris langsung tersadar dari lamunannya dan menuntun Adi untuk membawa putrinya ke ICU.

"Sepertinya darah yang keluar sangat banyak, jadi saya memasukkannya ke ruang ICU. Lo tenang aja Adi, saya yakin Putrimu bakalan baik-baik saja" Aditama mengangguk mengiyakan. Aris kemudian masuk ke dalam ruang ICU.

Aditama, Sandra dan Alwi menunggu di kursi tunggu. Sandra menyenderkan kepalanya di bahu Aditama dan terus meneteskan airmata.

Tak lama dokter Aris keluar dari ruang ICU dan menghampiri Aditama, Sandra dan Alwi.

"Putrimu membutuhkan 2 kantong darah. Ia terlalu banyak mengeluarkan darah. Sepertinya ia terluka di dekat nadinya hingga darahnya banyak keluar"

"Lakukan yang terbaik untuk Putri saya, Ris."

"Saya akan berusaha, tapi untuk itu diantara kalian ada yang cocok dengan golongan darahnya? "

"Memangnya apa golongan darahnya? "

"Golongan darahnya O, saya harus cepat-cepat melakukan donor darah tersebut."

"Golongan darah kami tidak ada yang cocok"

"Kok bisa? Bukannya dia Putri kamu, Adi? "

"Dia sebenarnya Putri angkatku"

"Putri angkat?" Aris mengernyitkan dahinya

"Nanti saya akan menjelaskannya, cepat selesaikan donor darahnya."

Dari arah belakang, Gilang mencari-cari dimana ayahnya sekarang. Saat melihat sosok ayahnya tak jauh darinya. Ia pun langsung bergegas menghampiri ayahnya.

"Pah" panggil Gilang membuat Aris melihat Gilang yang telah memanggilnya.

"Papa lagi tugas, kamu tunggu papa di rumah saja. "

"Yasudah kalau gitu Gilang pulang dulu" setelah mendapat anggukan Gilang pun langsung melangkahkan kakinya untuk pulang. Sebelum itu ia sempat menyapa sahabatnya yang lebih tua darinya.

"Hmm Alwi gue pulang dulu"

"Lo hati-hati di jalan"

"Iya"

Saat beberapa langkah, Alwi kembali.

"Ngomong-ngomong siapa yang sakit om?"

"Ainin"

"Ainin? "

"Dia adek gue"

"Adik lo bukannya lo ngk punya adek? "

"Panjang deh ceritanya, yang paling penting sekarang adalah adek gue butuh 2 kantong darah"

"Emang golongan darah adik lo apa? "

"O"

"Ohh kebetulan gue juga golongan darah O, gue mau mendonorkan darah gue"

"Kamu serius mau mendonorkan darahmu? "

"Iya pah, Gilang serius"

"Yasudah kamu ikut dengan papa"

Gilang pun mengikuti ayahnya, dan kemudian Gilang langsung memberikan darahnya 2 kantong.

"Kamu istirahat dulu, badanmu pasti lemah"

"Iya pah"

Setelah kepergian Ayahnya, Gilang pun memandang langit-langit rumah sakit. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan Alwi yang berjalan ke arahnya.

"Thanks udah donorin adek gue darah lo"

"Santai aja, gue juga ngk tau kenapa gue langsung mau mendonorkan darah gue. Padahal gue belom ngenal adek lu"

"Lo seumuran sama adek gue, dia sekolah di sekolah bapak gue dan dia kelas XI MIA1"

Gilang tercekat mendengarnya, bukannya kelas XI MIA1 adalah kelasnya juga. Berarti dia mendonorkan darahnya dengan teman sekelasnya.

"Nama adek lo klu ngk salah Ainin kan, bukannya na-? "

"Alwi adek kamu sudah sadar, nak"

"Syukurlah, Lang gue ke ruangan adik gue dulu. Lo baring aja, tubuh lo masih lemah"

"Hmm"

'Siapa sebenarnya yang gue donorin darah? Arghhhh'

Gilang turun dari brankasnya dan berjalan ke ruangan Nisa. Saat sampai, Alwi pun membuka knop pintu ruangan Nisa.

"Kenapa lo ngk istirahat? Tubuh lo masih lemah"

"Iya nak kenapa kamu kesini? kamu seharusnya istirahat. Oh iya makasih yah nak udah donorin darah untuk anakku"

"Ngk pp kok Tante, saya sudah merasa baikan. Tidak usah berterima kasih Tante, saya ikhlas. "

"Siapa? " Sandra langsung membalikkan badannya dan menyentuh kening putrinya sambil mengelusnya

"Ohh dia, dia yang donorin darah untuk kamu sayang. Kamu harus berterima kasih sama dia"

Gilang pun langsung menampakkan dirinya, baik Nisa maupun Gilang keduanya langsung terkejut.

"Nisa? "

"Gilang? "

"Jadi lo yang gue donorin darah? Kenapa bisa kamu sampai kehilangan darah? Hm!"

"Bukan urusan kamu dan makasih udah donorin darah untuk bantu aku"

"Huftssss yaudah sama-sama"

"Oh iya nama aku bukan Nisa lagi, sekarang nama aku adalah Ainin"

"Haa?? Kenapa namamu di ubah? "

"Maaf aku ngk bisa kasi tau"

"Oh yaudah... Hmm semoga lo bisa cepat sembuh"

"Amin,,, iya makasih"

"Mmm Tante, Alwi, Nisa ehh Ainin saya keluar dulu"

"Loh kan kamu baru masuk nak? "

"Ngk pp tante, saya hanya mau tau siapa yang saya donorin darah"

"Yasudah, jangan lupa untuk istirahat juga."

"Iya tante,, permisi" ucap Gilang dengan sopan kemudian berjalan keluar dari ruangan Nisa.

'Gue merasa banyak yang di sembunyikan Nisa, gue harus tau semuanya! "

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang