60. Masakan Gilang

1 1 0
                                    

Perlahan mata yang tertutup itu terbuka, muka bantal nya masih terlihat dengan jelas. Tangannya terulur mencari sesuatu di sampingnya. Saat mendapat apa yang dicarinya, ia segera menatap benda itu kemudian menghidupkan benda itu.

"Huftss sudah jam 4 tapi aku masih mengantuk" cukup lama ia beradu argumen dengan dirinya sendiri. Mencoba untuk melawan rasa kantuknya. Perlahan tapi pasti ia mulai bangkit, mata sayunya kembali menoleh ke tempat tidur. Melihat teman-temannya yang tertidur sangat pulas.

Kakinya mulai melangkah, pelan-pelan ia sudah sampai di kamar mandi. Membasuh wajahnya tanpa mempedulikan bahwa wajahnya yang sekarang membuktikan bahwa ia masih mengantuk. Air pegunungan yang menyentuh setiap inci wajahnya terasa sangat dingin, dan itu mampu membuatnya tidak merasakan kantuk lagi.

Saat rasa kantuk itu sudah hilang, tak segan ia kemudian langsung berwudhu. Tak berselang lama, setelah berwudhu ia keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamarnya.

Masih dengan pemandangan yang sama seperti sebelumnya, teman-temannya masih tertidur sangat pulas. Ia sangat mengerti, mereka tertidur di jam 1 dini hari, tentu saja teman-temannya masih tertidur sangat pulas pada jam sekarang.

Mencoba mengalihkan pikirannya, ia kemudian mengambil sajadah dan mulai memakai mukenanya. Meskipun suasananya berbeda dari lingkungannya yang dulu, ia tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud kecuali jika tamu bulanannya datang. Tentu saja itu pengecualian.

Setelah beberapa menit ia sudah selesai dengan ibadahnya. Masih ada waktu setengah jam sebelum waktu subuh masuk dan itu menjadi kesempatan untuknya kembali tidur, tapi Ainin tidak melakukannya.

Ia melepas mukenahnya dan menyimpannya, ia mencari kain penutup kepalanya yang tak lain adalah hijabnya. Setelah menemukannya ia kemudian memakainya dan berjalan keluar dari kamar. Meskipun pada saat sekarang sudah pasti tidak ada yang bangun seperti dirinya, tetapi ia tetap memakai hijabnya untuk jaga-jaga jika seandainya ada yang bangun selain dirinya.

Pintu villa perlahan terbuka, sebenarnya ia juga tidak tau kenapa ia ingin keluar menghirup udara segar saat langit masih gelap. Bahkan tidak ada yang menarik untuk dilihat, karena semua yang dilihatnya hanya kegelapan. Meskipun di teras terdapat lampu, tapi tetap saja cahayanya terbatas hanya untuk menyinari sekitar teras saja. Ia duduk di kursi teras, mengangkat kedua kakinya dan menumpunya agar ia tidak terlalu merasakan kedinginan. Entah mengapa, matanya kembali mengantuk tapi ia mencoba menahan. Jika ia tertidur, bisa jadi ia baru bangun di pagi hari.

Untuk menghilangkan kebosanannya ia merogoh ponselnya, tanpa ia sadari ia mengetik nama seseorang di pencarian akun instagram. Saat akun itu sudah terpampang jelas di layar ponselnya, ia baru sadar apa yang dilakukannya. Rupanya, pikirannya berhasil mengalihkan kesadarannya dan tangannya tanpa sadar melakukan hal itu.

Hatinya tiba-tiba terasa sesak, semua foto yang di upload seseorang yang memiliki akun itu membuatnya tak bisa menahan perasaannya yang ingin meledak. Ia merindukan sosok itu, dan ingin meluapkannya. Air matanya perlahan menetes, tapi kembali kepada kesadarannya. Ia menghapus air matanya kasar, dan mencoba menguatkan dirinya sendiri.

"Apa yang aku sedihkan? Kenapa aku seperti gadis yang bodoh? Haha" ucap Ainin dan tertawa sumbang.

"Apa dia baik-baik saja, yah?" tanyanya entah kepada siapa, ia mendongak menatap langit.

Ia kembali menangis, ingin rasanya ia mengutuk air matanya yang tanpa izin kembali lolos membasahi wajahnya. Kejadian demi kejadian masa lalunya kembali diingatnya lagi, meski ia berusaha menolak untuk tidak mengingatnya lagi tapi sayangnya ingatan itu tetap ada dalam pikirannya.

"Aku tidak tau apa yang aku rasakan sekarang, tiba-tiba aku merasa rindu dengan semua orang yang ada di dalam masa laluku"

"Seandainya kesalahpahaman itu tidak terjadi mungkin hidupku berbeda dari yang sekarang. Berulang kali aku berucap apa ini takdirku? Tiap kali aku bertanya seperti ini, dalam diriku ada yang menjawab iya dan tidak. Bahkan aku tidak mengerti diriku sendiri." lagi dan lagi air matanya kembali menetes dan ia menghapusnya.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang