Pengharapan tinggal pengharapan, semua sudah berlalu. Tinggal jalani untuk saat ini dan yang akan datang. Bukan berarti masalah yang lalu akan kita lupakan, tapi masalah tetap akan datang entah hari ini, esok dan kedepannya. Kita tidak tau darimana masalah itu ada, arahnya darimana, dan kapan ia akan menuju, kita tidak tau. Karena sejatinya manusia selalu di uji dan di uji untuk menguatkan manusia itu sendiri.
Ana membuka pintu kamarnya dan mendapati Zaki yang sedang duduk memijit kepalanya di pinggir kasur. Pakaiannya belum di ganti, perlahan Ana mendekat dan duduk di samping suaminya.
"Mas" panggil Ana mengelus tangan Zaki. Zaki tidak menyahut dan membiarkan Ana mengelus tangannya.
"Mas pasti capek yah? Ana pijitin yah" Ana mulai memijit pundak Zaki, dan Zaki memang memerlukan pijitan itu. Benar,, Zaki memang lelah di tambah perdebatan dengan Fatimah beberapa menit yang lalu. Zaki menghela nafasnya, sungguh saat ini ia hanya ingin langsung merebahkan tubuhnya dan istirahat.
"Hanif dimana? "
"Dia sedang bermain mas di taman belakang" Zaki mengangguk
"Mas,, Ana perlu bicara dengan Mas" Ana mulai berbicara serius dengan suaminya, ia menghentikan memijit suaminya dan menatap lekat suaminya.
"Ada apa? Mas ingin mandi"
"Tentang Nisa"
"Kamu ingin kita berdebat seperti apa yang tadi kulakukan dengan Fatimah? Saya capek Ana, saya tidak ada niatan untuk berdebat" Zaki mulai berdiri namun di cegah oleh Ana.
"Ana juga tidak ingin berdebat, Mas. Ana hanya ingin bicara baik-baik sama mas"
"Bicara baik seperti apa lagi Ana? Setiap kita membahas ini, akhirnya kita pasti bertengkar."
"Ana mohon mas kali ini dengarkan Ana" Zaki menghela nafas pasrah, ia berusaha menahan emosinya untuk tidak meluap sekarang juga.
"Mas, kesehatan mama semakin menurun dan mama jarang makan mas karena selalu merindukan Nisa. Ana takut mas, Ana khawatir dengan mama. Apa yang dilakukan Fatimah tadi, itu karena demi mama. Fatimah tidak bisa melihat mama seperti itu mas, Ana pun juga tidak bisa melihat mama terus-terusan seperti itu. Mas kami sayang sama mama, dan dan... "
"Dan jalan salah satunya adalah mencari Nisa? gitu?" Ana mengangguk mengiyakan.
"Ana dengarkan mas. Mas bekerja keras selama ini karena untuk menghidupi keluarga ini. Dan kamu lihat sendiri, kerja keras mas mulai terlihat. Mencari orang itu bukan jalan satu-satunya. Kita bisa membawa mama ke rumah sakit terbaik."
Perkataan Zaki membuat Ana langsung melihat Zaki dengan tatapan tidak percaya. Apa yang di katakan Zaki seolah-olah bahwa Uang yang di perolehnya bisa menyembuhkan Yanti. Tapi tidak! Seberapa uang yang kita punya, seberapa pun obat yang kita punya untuk menyembuhkan luka, itu tidak berarti tanpa kehendak Allah. Sembuh, itu adalah kehendak Allah, pengobatan hanyalah perantara.
"Mas, Ana tidak suka mas bicara seperti itu. Mas seakan-akan menyombongkan diri mas dengan apa yang mas miliki sekarang. Mas tidak akan tau, bagaimana hati seorang ibu yang jauh dari anaknya tanpa tahu bagaimana keadaan anaknya. Jika aku di posisi mama, pasti aku akan merasakan hal yang sama. Aku seorang ibu, mas dan aku tau hal itu. Jangan rusak kebahagiaan ini mas, Ana mohon Mas mencari Nisa demi mama"
"Jadi kamu menyalahkan mas atas semua kejadian ini?" ucap Zaki berusaha mengontrol emosinya
"Tidak mas, Ana sama sekali tidak menyalahkan mas. Tapi, mas kejadian 6 bulan lalu belum tentu kejelasannya"
"Apanya yang tidak jelas Ana, semuanya sudah jelas. Banyak pasang mata yang melihat kejadian itu, meskipun kita tidak ada pada saat itu."
"Bisa jadi saat itu Nisa di jebak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kehidupan Nisa
RomanceKisah kehidupan yang sangat rumit yang harus dijalani oleh seorang gadis remaja. Hanya karena suatu kesalahpahaman membuat kehidupan gadis itu berubah. . . Oke lebih lanjutnya silahkan baca di cerita. Dan semoga disuka yah, ini cerita pertamaku. Ma...