Semua santri berada di kelasnya, hari ini adalah hari dimana Santri di pesantren Al-Ihsan melaksanakan ulangan semester ganjil.
semua mengerjakan ulangan dengan tertib. Begitupun dengan Nisa, dia tersenyum mengerjakan ulangannya. Dia sangat bersyukur bisa menjawab ulangan dengan lancar.
"Alhamdulillah," nada lega keluar dari mulut Nisa. Nisa pun berjalan mendekati meja guru dan mengumpul jawaban ulangannya.
"kamu udah selesai Nisa?" tanya bu Indah
"iya bu, alhamdulillah," jawab Nisa
"tidak di periksa dulu?"
"sudah kok bu saya sudah memeriksanya terlebih dahulu"
" oh gitu. kamu boleh keluar."
"makasih bu."
Nisa pun melangkah keluar, sebelum dia keluar ia sempat memberikan senyuman kepada teman-temannya.
Aisyah yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. Sekarang dia sungguh tidak suka setiap yang di lakukan oleh Nisa.
Saat dia sudah di luar kelas, Nisa pun melangkah menuju ke perpustakaan. Namun pas di tengah jalan ia berpapasan dengan Akram. Suasana begitu canggung di antara mereka berdua tanpa berniat mengucapkan sepatah kata sedikitpun.
Akram meliriknya sebentar dan kemudian melangkah melewati Nisa. Lagi-lagi hati Nisa sakit, ia tidak suka berada di posisi seperti ini. Tapi, ini pilihannya sendiri. Biarlah waktu berjalan dan biarkan Nisa bersabar atas apa yang di alaminya.
Setelah Akram melewatinya, Nisa membalikkan badannya dan melihat Akram. Perlahan mulutnya tersenyum namun matanya menitihkan air mata.
"ahh bodoh kenapa kamu harus nangis Nisa?" gumam Nisa menghapus air matanya kasar dan membalikkan langkahnya lalu melanjutkan langkahnya menuju perpus. Tanpa ia sadari Akram pun memperhatikan Nisa yang mulai menjauh dari pandangannya.
"Gue nggak tahan jauh sama lo, Nis. Tapi, gue yakin ini yang terbaik, seperti yang lo katakan," kata Akram
*****
Nisa melangkah masuk ke perpustakaan. Dia merasa lelah dan memilih untuk istirahat sejenak di perpus.
Nisa duduk di kursi perpustakaan dan menjadikan tangan kirinya sebagai bantal. Perlahan matanya tertutup namun suara perempuan membuat matanya terbuka kembali.
"Nisa!!"
"kenapa? aku ngantuk banget. 15 menit kedepan bangunin aku yah Li."
"hehe maaf maaf... soalnya gue cariin lo kemana-mana, ehh ternyata lo disini. yaudah lo tidur aja, gue pasti bangunin lo kok."
Setelah mendengar perkataan Lili, mata Nisa pun kembali terpejam dan ia sudah masuk dalam mimpi.
"Nis, semua iri dengan lo. Semua ingin ada di posisi lo. Disayangi oleh semua orang dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Namun sejak gue kenal lo, perlahan gue mengerti orang yang terlihat memiliki banyak kebahagian, terdapat luka yang terpendam. Tidak semua yang kita lihat adalah yang sebenarnya. Setiap orang memiliki luka yang terpendam, seberapa bahagia seseorang itu. Terima kasih, Nis. Karena lo, gue banyak belajar tentang kehidupan ini," ucap Lili mengelus kepala Nisa yang terbalut hijab.
Setelah mengelus lembut kepala Nisa, Lili pun ikut duduk di samping Nisa. Sebelum itu, ia mencari buku di perpustakaan yang ingin dibacanya. Lili memilih buku yang berjudul Jalan Hijrahku.
Lili mulai membuka lembaran demi lembaran yang ada di buku itu.
Jangan merasa sedih jika kamu tidak memiliki pasangan seperti temanmu yang lain. Tapi, bersedihlah ketika kamu jauh dari Allah SWT.
Saat membaca ini air mata Lili seketika turun. Dia sangat sadar jika dirinya jauh dari kata baik.
Mata yang terpejam itu perlahan terbuka. Dan mendapati Lili yang sedang menangis disampingnya.
"Li, kamu kenapa? " tanya Nisa khawatir meski kesadarannya belum sepenuhnya kembali.
"Gue baca ini, Nis. Gue jadi sadar sekarang, kalau gue itu adalah seburuk-buruknya hamba. Yang setiap hari tidak pernah luput dari dosa," kata Lili memperlihatkan buku yang di bacanya
"Masya Allah Lili. Kamu mau hijrah?" ucap Nisa langsung memeluk Lili
"Gue mau, Nis. Gue mau. Setelah membaca buku ini, hati gue tergerak untuk hijrah di jalan Allah SWT."
"Aku bahagia mendengar itu, Li. Semoga kita tetap dalam lindungan Allah SWT. Dan semoga setiap apa yang kita lakukan di ridhoi oleh Allah SWT."
"Aamiin ya Rabbal 'alamin. Makasih yah, Nis"
Nisa melepaskan pelukannya dan menatap Lili
"Makasih untuk apa? "
"Makasih karena lo mau jadi teman yang baik untuk gue."
"Jangan berterima kasih, Li. Ini semua karena Allah. Aku yang harusnya berterima kasih karena kamu datang di saat aku merasa kehilangan seorang sahabat."
Lily tersenyum hangat begitupun dengan Nisa. Mereka berharap tidak ada lagi perpisahan yang ada di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kehidupan Nisa
RomanceKisah kehidupan yang sangat rumit yang harus dijalani oleh seorang gadis remaja. Hanya karena suatu kesalahpahaman membuat kehidupan gadis itu berubah. . . Oke lebih lanjutnya silahkan baca di cerita. Dan semoga disuka yah, ini cerita pertamaku. Ma...