9. Boneka Kecil

23 6 0
                                    

Nisa sedang ada di taman belakang Madrasah-nya, merangkai kata-kata di dalam bukunya dengan coretan tinta. Dia selalu melakukannya setelah sepulang sekolah. Sebelum dia pulang ke Asrama nya, dia terlebih dahulu mampir di tempat itu dan menulis kisahnya di bukunya. Sesekali ia tersenyum, dia sangat bahagia, semua orang yang dekat dengan dia sangat baik.

"Nis, sampai kapan sih lo terus seperti ini? Bukannya pulang malah kesini," ucap Aisyah menghampiri sahabatnya. Aisyah sangat hapal jika sahabatnya itu ada di taman belakang Madrasah.

"Suka aja... Kamu kenapa belum pulang? "

"Rencananya mau bareng lo pulang. Tapi kalau gue tunggu lo. Gue nggak yakin masih bisa hidup sampai besok"

"Hhhh kok bisa? "

"Aduh Nis, lo kok orangnya jadi nyebelin gini sih? Kalau gue tunggu lo bisa-bisa besok kita baru bisa pulang. Secara kan lo disini lamanya minta ampun"

"Sorry... Tau sendirilah, kalau tempat ini tuh suasananya tenang banget. Jadi, aku nyaman nulisnya"

"Untuk apa sih Nis? Nulis kagak jelas gitu. Katanya lo nggak mau buang-buang waktu. Lah ini kalau bukan namanya buang-buang waktu terus apa Nisa?!"

"Ini bukan namanya buang-buang waktu Syah. Ini namanya isi waktu," jelas Nisa

"Serah lo deh, Nis. Tau ah bicara sama lo. Gue pulang dulu"

"Iya sana" usir Nisa

"Lo ngusir gue? " tanya Aisyah

"Sepertinya?? " tanya Nisa balik

"Nisa!! Kalau lo gini terus bisa-bisa gue buang buku lo itu. Lo nyebelin tau, nggak? " tegas Aisyah

"Tau. Oh iya katanya tadi mau pulang? "

"Ehhhh?!!! Iya gue pulang. Assalamualaikum" kesal Aisyah beranjak pergi

"Wa'alaikum salam" jawab Nisa

"Syah" panggil Nisa membuat Aisyah menoleh

"Apa?! " tanya Aisyah tidak santai

"Hati-hati dan jangan rindu. Rindu itu berat biar aku sa-"

"Siapa yang rindu, haaa?! " potong Aisyah.

Otak Aisyah rasanya ingin meledak seketika, sahabatnya itu memang nyebelin. Dia sangat ingin melempar sahabatnya sepatu, tapi dia sayang kepada sahabatnya itu atau lebih tepatnya sayang kepada sepatunya. Aisyah mengakui sahabatnya ini memang pintar tapi, untuk saat ini dia hanya bisa mengakui kalau otak sahabatnya sudah geser. Tanpa mendengar ucapan Nisa lagi, Aisyah memilih untuk melanjutkan perjalanannya.

"Syahhh" ucap Nisa seperti memohon membuat Aisyah menoleh, Aisyah khawatir jika sahabatnya ini benar-benar serius memanggilnya.

"Apa lagi?!"

"Itu ada batu di belakangmu" ucap Nisa refleks tanpa aba-aba membuat Aisyah terjatuh

"Arghhhh"

"Hhh kan tadi aku udah bilang hati-hati, kamu malah marah. Jadi, yah mungkin ini alasannya kamu terjatuh, KURANG HATI-HATI! "

"Lo bukannya bantuin malah ngatain. Sakit tau nggak?!"

"Tidak tau bukan aku yang rasain" acuh Nisa namun ia langsung membantu Aisyah berdiri

"Nis, gue saranin yah. Lebih baik lo bodoh dari pada pandai bicara seperti ini. Menusuk!! "

"Heheh maaf maaf. Sebenarnya aku masih ingin bikin kamu kesal tapi aku sudah kasihan. Ngk jadi lanjut deh!! Padahal aku ingin nulis loh kejadian tadi di buku aku. Biar lebih berkesan ceritanya"

"Jadi, lo pura-pura bikin gue kesal, gitu?! "

"Bisa di bilang gitu."

"Nisa Nisa kepala gue mau meledak loh ini! Sebentar lagi! "

"Hehe yaudah sebelum kepalamu meledak kamu pulang gih. Aku nanti nyusul pas mau asar. Oke"

"Iya iya gue pulang!! " kesal Aisyah beranjak pergi

"Syah" panggil Nisa lagi. Kali ini Aisyah semakin melangkahkan kakinya seperti lari.

"Makasih yah inspirasinya" teriak Nisa yang masih bisa di dengar oleh Aisyah

'Dasar anak itu!! Makin hari makin aneh' batin Aisyah

Setelah kepergian Aisyah, Nisa kembali duduk dan melanjutkan tulisannya. Namun langkah kaki seseorang membuatnya menghentikan tulisannya.

"Aisyah apa lagi? Mau di bikin kesal lagi? " tanya Nisa langsung mendongakkan kepalanya

"Gue bukan Aisyah, Nis"

Orang itu kemudian memperlihatkan sebuah boneka kecil berbentuk kucing membuat Nisa langsung tersenyum.

"Ram?? Kok kamu kesini? Dan ini? Lucu banget," ucap Nisa langsung mengambil boneka kecil itu.

"Lo suka?" tanya Akram

"Suka banget malah" ucap Nisa tersenyum senang

"Alhamdulillah, kalau lo suka"

"Kok kamu ngasih aku boneka kecil imut ini? "

"Gue kemarin jalan-jalan sama santriwan yang lain. Dan gue melihat boneka kecil itu. Kebetulan boneka itu berbentuk kucing. Jadi, gue langsung beli. Kan lo suka sama kucing"

"Makasih yah Ram. Oh iya harganya berapa nanti aku ganti"

"Tidak usah di ganti, gue ngasihnya ikhlas. Gue sedih loh kalau lo mau ganti"

"Hehe iya iya. Makasih yah Ram sekali lagi"

Melihat Nisa tersenyum bahagia membuat Akram legah. Dia sangat bersyukur jika Nisa menyukai pemberiannya. Akram ingin mengelus kepala Nisa yang terbalut dengan hijabnya, dia sangat gemas melihat tingkah gadis yang di sayangnya itu. Namun, ia tau jika dia harus jaga jarak.

"Yasudah, gue balik dulu. Tidak baik lama-lama berduaan disini. Gue hanya ingin beri lo boneka kecil itu"

"Iya Ram"

"Lo juga jangan lama-lama disini. Assalamualaikum" pamit Akram

"Iya Ram. Wa'alaikumsalam"

Melihat Akram yang sudah pergi, Nisa langsung memeluk boneka kecil itu. Dia sangat senang, sangat!

"Makasih Ram bonekanya. Aku suka" gumam Nisa yang masih tersenyum memeluk boneka kecil yang merupakan miliknya sekarang.

Dia pun langsung membereskan barang-barangnya dan memasukkannya didalam tasnya. Dia kemudian pulang ke asramanya dengan hati yang berbunga-bunga.

~~~~~

Next kuy!
⇩⇩⇩

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang