17. Kejujuran Nisa

25 6 0
                                    

Perlahan waktu terus berlalu mengisahkan cerita yang manis untuk Nisa sendiri. Baginya satu tahun yang berlalu bukanlah waktu yang cukup untuk melupakan pesantren. Dia sangat senang bisa sekolah disini. Semua orang baik terhadapnya termasuk Aisyah sendiri yang sudah menjadi sahabatnya.

Yah persahabatan mereka sangat erat. Banyak yang mengira bahwa mereka adalah sahabat sejati yang tidak akan pernah terpisahkan. Mereka saling mengerti satu sama lain. Menghadapi masalah bersama-sama hingga dalam persahabatan mereka, tidak ada yang perlu mereka tutupi satu sama lain.

Tapi, jangan salah Nisa merasa tidak pantas untuk bersahabat dengan Aisyah. Nisa sudah berbohong kepada Aisyah, menyembunyikan kebenaran yang pantas untuk di ketahui oleh sahabatnya sendiri. Semua karena perasaan yang tidak seharusnya terjadi sejak dulu tapi bagaimana pun ini sudah terlanjur, perasaannya dengan cowok itu semakin dalam.

Nisa merasa berdusta, seolah-olah mengatakan tidak padahal iya. Nisa membohongi hatinya sendiri dengan mengucapkan kata-kata dusta itu. Seolah-olah ia tidak punya perasaan apapun. Tapi itu bohong!  Perasaaan itu datang jauh sebelum dia mengenal Aisyah.

'Maaf Syah jika selama ini aku berbohong kepadamu. Maafkan aku' batin Nisa sambil memperhatikan Aisyah

"Ada apa? Dari tadi kok perhatiin gue? Kalau ada masalah tuh ceritain, siapa tau gue bisa bantu," ucap Aisyah yang masih fokus dengan buku yang ada di hadapannya.

"Nggak ada apa-apa kok, Syah" ucap Nisa menundukkan kepalanya.

"Kita udah sahabatan satu tahun Nisa. Gerak gerik lo udah gue tau, jelas sekali kalau lo khawatirin sesuatu," ucap Aisyah menghadap sepenuhnya ke arah Nisa.

"Mmm...  Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan sama kamu, tapi aku takut jika kamu akan marah."

"Buat apa gue marah sama sahabat gue ini? Gue nggak bisa marah sama lo, Nis,"  ucap Aisyah tersenyum mencubit pelan pipi Nisa kemudian melepaskannya.

"Aku benar-benar takut, Syah.
Aku benar-benar takut kamu marah."

"Udahlah Nis, lo ngomong aja langsung, gue bakalan dengerin," ucap Aisyah

Nisa mengangguk pasrah, ia menarik nafas pelan-pelan dan menghembuskannya, "Tapi ngomongnya bukan disini"

"Yaudah, tunggu sebentar. Gue beresin dulu buku-buku gue," ucap Aisyah mulai membereskan bukunya.

***

Mereka sampai ke kelasnya. Jarak asrama dengan Madrasah sangat dekat. Mereka memilih ke kelasnya, karena suasana di kelas mereka cukup hening. Sehingga mereka bisa leluasa berbicara. Apalagi Nisa ingin mengucapkan hal yang serius.

"Syah kamu jangan marah yah sama aku, aku tau aku salah tapi aku mohon kamu ngertiin aku. Aku butuh waktu yang tepat untuk mengatakan ini dan sekaranglah waktu yang tepat untuk mengatakannya," ucap Nisa "Sebelumnya aku minta maaf, aku harap kamu jangan potong bicara aku dulu, sebelum aku mengucapkan semuanya. "

Aisyah mengangguk, "Iya Nis, gue nggak akan marah, gue akan biarin lo ngomong dulu"

"Syah sebenarnya..... Sebenarnya huftssssss. "

"Terusin aja Nis, lo pasti bisa mengucapkannya," ucap Aisyah menggenggam tangan Nisa, menyalurkan kehangatan, memberikan Nisa kekuatan untuk bicara.

"Aku takut Syah, kamu bakalan pergi ninggalin aku. Aku sangat takut, Syah. Kamu sahabat aku, aku nggak sanggup jika kamu benci sama aku. hiksss...hikss..." ucap Nisa sambil menangis

"Katakanlah yang sebenarnya, gue janji nggak akan marah apapun itu,"Ucap Aisyah meyakinkan Nisa.

Nisa menghela nafas kemudian berucap, "Aku sudah bohong sama kamu Syah. Maafkan aku. "

Jleb!

Bagaikan terkena petir di sore hari,  itulah yang dirasakan Aisyah. Ia mendadak seperti patung. Belum sampai ke intinya, perasaan Aisyah sudah tak karuan. Perasaan cemas menggerogoti tubuhnya. Ia paling tidak suka dibohongi, apalagi orang yang membohonginya adalah sahabatnya sendiri, Nisa.

Tapi, dia mencoba untuk setenang mungkin menunggu penjelasan Nisa selanjutnya.

"Sebenarnya Aku dan Akram itu saling suka tapi kami memutuskan untuk menjalin persahabatan tanpa pacaran. Karena aku tau pacaran itu tidak boleh," ucap Nisa, ia menghela nafas pelan kemudian bicara lagi, "Maafkan aku Syah karena baru ngomong sekarang dan pernah membohongimu kalau aku dan Akram tidak memiliki perasaan apa-apa. Waktu itu aku tidak jujur sama kamu, karena aku masih belum terlalu percaya dengan orang yang baru aku kenal. Aku tidak ingin bohong kepadamu tapi keadaaanlah yang memaksaku untuk berbohong. Tolong ngerti aku, Syah. Aku harap kamu memaafkanku."

"Nis, gue udah anggap lo sahabat gue sejak kita pertama kali berkenalan. Gue langsung pilih lo jadi sahabat gue karena gue yakin kalau lo itu baik. Gue yakin, Lo nggak akan bohong apapun sama gue. Tapi apa? Apa Nis yang lo lakukan?  Lo sendiri yang rusak kepercayaan gue sama lo!" ucap Aisyah berusaha menahan emosinya.

"Maafkan aku, Syah. Aku mohon maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk membohongimu. Aku mohon ngertiin aku"

Aisyah tertawa sumbang sejenak, kemudian berucap, "Dengan begitu mudahnya lo minta maaf? Gue paling benci sama orang yang bohong sama gue! Lo sahabat gue, dan sekarang gue nggak tau harus percaya sama lo lagi atau nggak setelah ini!"

"Syah please maafkan aku. Aku tidak tau harus melakukan apa selain minta maaf kepadamu. Aku mohon maafkan aku. Hikss...hikss.."

"Berhenti menangis! Gue paling nggak suka, orang akting di depan gue!!! "

"Aku tidak akting Syah, aku serius. "

"Haruskah gue percaya?" cibir Aisyah

"Syah kita sahabatan, kamu harus percaya sama aku "

"Sahabat?  Lo berkata kita sahabat? hahahah... memang ada yah sahabat membohongi sahabatnya sendiri? Lo sok-sokan bilang nggak boleh pacaran? Ngaca Nis, ngaca! Seharusnya lo katakan itu, kepada diri lo sendiri!," ucap Aisyah dengan nada mengejek

"Iya Syah aku tau, aku tauuuuuu. Itu sebabnya aku minta maaf," ucap Nisa, tubuhnya merosot ke lantai. Ia benar-benar tidak sanggup, jika setelah ini Aisyah menjauhinya dan membencinya.

Aisyah perlahan jongkok di depan Nisa, ia tersenyum sinis, "LO ITU NGGAK PANTAS JADI SAHABAT GUE!" ucap Aisyah menunjuk tepat di depan wajah Nisa dan meninggalkan Nisa.

Deg!

Hal yang di takutkan Nisa benar-benar terjadi, Aisyah membencinya, Aisyah akan meninggalkannya.

"Aisyahhhhhhhhhhh!!!"

"Aku mohon, aku mohon hiks hiks"

"Jangan tinggalin aku, jangan"

"Syah kamu udah janji kan nggak akan marah? "

"Aisyah...... " lirih Nisa

Nisa terus mengigau sampai tidak sadarkan diri. Sedangkan Aisyah terus melangkah tanpa mempedulikan Nisa yang terus memanggilnya.

Aisyah ingat saat dimana dia telah menemukan sahabat seperti Nisa, harinya terasa lebih berwarna dan kembali merasakan kasih sayang. Tapi, lagi-lagi takdir membuatnya merasa di kecewakan oleh orang yang dia sayang. Semua orang nampak tak peduli dengannya. Semua orang tidak menyayanginya.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang