41. Menyikapi masalah dengan bersifat dewasa

4 3 0
                                    

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam, Gilang kamu udah pulang? Papa mu belum pulang juga? "

"Iya mah, papa masih ada urusan tadi jadi Gilang pulang duluan"

"Oh gitu, kamu udah makan siang kan?"

"Iya mah, udah kok"

"Tapi kok kamu kelihatan lemas gitu, kamu sakit? Apanya yang sakit lang?" ucap Fyanti menyentuh dahi Gilang

"Astaga! Kening kamu kok dingin gini! Kamu habis ngapain Lang? " ucap Fyanti khawatir

"Ngk ada kok mah, Gilang sehat-sehat aja. Gilang hanya butuh istirahat mah. Gilang ke kamar dulu yah"

"Oh yaudah, kalau ada apa-apa panggil mama yah. Kamu pucat banget loh"

"Iya mah, Gilang tidak pp kok"

Gilang pun naik ke tangga rumahnya dan berjalan ke kamarnya. Jujur ia masih merasa lemas, mungkin karena efek mendonorkan darahnya.

Kejadian di rumah sakit kembali di ingatnya, ia tidak menyangka bahwa yang di donorkan darah itu ialah teman sekelasnya, yaitu Nisa. Dan yang lebih mengagetkan adalah Nisa mengubah namanya menjadi Ainin.

Banyak pertanyaan yang muncul di otaknya, ingin sekali ia menanyakannya kepada Ainin tapi sepertinya Ainin tidak ingin bicara. Buktinya di rumah sakit, saat dia bertanya ke Ainin, Ainin dengan tegas menolak pembicaraannya.

Gilang mengerti semua orang butuh privasi, mungkin itu adalah privasi Ainin yang sangat di jaganya. Tapi, bagaimana pun rasa penasarannya terus mendominasi pikirannya. Tidak peduli itu privasi Ainin, karena menurutnya kejadian yang di alami Ainin sangatlah menjanggal pikirannya.

"Huftsss"

Gilang berjalan ke kamar mandi, ia ingin membersihkan tubuhnya. Badannya terasa sangat lengket.

Setelah membersihkan tubuhnya, ia pun memakai pakaiannya dan langsung menghempaskan tubuhnya di kasur king size nya.

'Tok tok tok

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumsalam, ehh kalian ayo masuk"

"Iya Tan, Gilangnya ada Tante? "

"Ada kok di kamar. Dia juga barusan datang"

"Loh emang Gilang dari mana Tante?"

"Rumah sakit, tante suruh dia jemput papanya di rumah sakit"

"Oh gitu tante"

"Astaga!! tante keasikan ngomong sampai-sampai lupa nawarin kalian minuman dan makanan"

"Heheh ngk usah, tante"

"Tidak usah sungkan gitu, kalian kan seperti anak tante sendiri"

"Betul tuh tante. Zaenal dari tadi emang lapar sih Tan. Heheh" ucap Zaenal yang kemudian angkat bicara. Sedari tadi ia hanya diam mendengar Wawan dan mama Gilang bicara

Wawan langsung menginjak kaki Zaenal, sedangkan empunya meringis kesakitan.

"l-lo!!!! A-" ucap Zaenal setengah berteriak, namun dengan sigap wawan menutup mulut Zaenal

"Maaf tante zaenal memang gitu orangnya"

"Hhhh ngk pp, kayak tante ngk kenal kalian aja!"

"Hehehe" zaenal dan wawan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil memperlihatkan gigi putihnya.

"Ada apa mah kok ribut-ribut? "

"Gilang? Bukannya kamu mau istirahat? "

"Rencananya gitu mah, tapi Gilang dengar suara ribut ternyata asalnya dari dua orang ini" tunjuk Gilang kepada Zaenal dan Wawan

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang