4. Penjara Suci

42 6 0
                                    

Nisa harus siap menghadapi sekolah barunya atau lebih tepatnya madrasah barunya.  Mungkin itu asing baginya, selama ini dia tidak pernah kepikiran untuk sekolah di pesantren.  Tapi apa boleh buat ini permintaan kedua orang tuanya, itu berarti dia harus menurutinya. Nisa sama sekali tidak ingin membuat mereka kecewa kepadanya. Meskipun Nisa gadis yang bisa di katakan nakal tapi dia juga tidak bisa untuk berkata tidak jika orang tuanya yang memintanya untuk melakukan sesuatu, dia tidak sanggup untuk menolaknya.  Orang yang selama ini selalu menjaganya, mendidiknya sampai dia bisa sebesar sekarang tanpa rasa kenal lelah. Mereka adalah orang tuanya.  Orang yang sangat dia sayangi dan hormati.

Saat Nisa sampai di pesantren, yang muncul pertama dalam benaknya adalah dia harus bersikap sopan, pesantren adalah tempat yang begitu suci jadi dia juga harus bersikap seolah-olah dia ini pantas untuk sekolah disini. Yah Nisa harus belajar, belajar beradaptasi dengan lingkungan barunya ini.

Baginya pesantren ini tidak terlalu luas dan jangan lupa setiap dinding bangunan di cat dengan warna hijau. Sampai seseorang menghampiri Nisa

"Assalamu alaykum permisi ada yang perlu saya bantu dek?" katanya

"Ehh wa'alaikum salaam ini kak anu tempat murid baru dimana yah? "

'Dia siapa?? oh astaga dia ganteng banget. Ehh Nisa apasih yang kamu pikirkan.' batin Nisa sambil menggeleng gelengkan kepalanya. Dia harus menghilangkan pikirannya itu jauh-jauh.

"Oh kamu mau sekolah disini? Ikuti saya, saya akan mengantarmu." katanya berjalan duluan dan menginstruksikan Nisa untuk mengikutinya. Tapi Nisa tetap diam ditempat membuat orang itu membalikkan badannya dan mendekat kepada Nisa kembali.

"Dek? Ada apa? " katanya yang melambaikan tangannya didepan wajah Nisa,  membuat Nisa sadar dari lamunannya

"Arghh ehh mmm tadi kakak ngomong apa?"

"Astaga saya tadi ngomong untuk mengikuti saya ke tempat dimana santri baru kumpul. Oh iya nama kamu siapa? "

"Astaga maaf maaf kak tadi aku enggak dengar kak. Nama aku Nurul Annisa, biasa di panggil Nisa kak" kata Nisa menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan

"Iya tidak papa kok, santai aja sama saya.  Nama saya Muhammad Fahmi, panggil saja kak Fahmi" katanya mengatupkan tangan didepan dada.

Nisa merasa malu sekali, rasanya sulit baginya untuk menarik tangannya kembali, dia sudah terlalu malu. Nisa yakin pipimya sekarang pasti sudah merah. Salah satu cara untuk menetralisasikan dirinya adalah membahas yang lain tapi Fahmi yang langsung angkat bicara. Sepertinya dia peka akan suasana ini.

"Yasudah ayo berangkat"

"Mmm iya kak"

Dia berjalan duluan, dari belakang Nisa bisa melihat kegagahan laki-laki didepannya ini.

'Oh astaga apa yang aku pikirkan?!' Batin Nisa

"Mm kak, apa kakak juga sekolah disini? " ucap Nisa yang masih berada di belakang Fahmi

"Iya dek, saya memang sekolah disini"

"Kakak kelas berapa? Dan kenapa kakak kesekolah?  Bukannya kakak tidak belajar?"

"Hhhahhhahahah"

'Dia ketawa? apa maksud dari ketawanya itu? apa ada yang salah dengan pertanyaanku.? Tapi ketawanya itu berwibawa sekali.' Batin Nisa

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang