Kaki yang dipakainya berlari sudah tak bisa ia pakai lagi. Kakinya seakan-akan lemah untuk berlari kencang. Nisa menatap sekelilingnya, ia bingung dimana ia sekarang. Hanya jalan Raya dan pepohonan di sekitarnya.
"Aku dimana?" Nisa terus berjalan menyusuri jalan Raya itu.
"Ayah maafin Nisa, Ayah jangan ninggalin Nisa." Nisa terus mengigau sebelum pandangannya perlahan-lahan memudar. Nisa pingsan.
Sebuah mobil melaju dari arah belakang.
"Pah, itu ada apa di depan pah?""Yang mana?"
"Ituuu," tunjuk wanita itu ke arah Nisa.
"Astagfirullah itu manusia, mah. Kita harus turun."
"Iya pah"
Mereka langsung menghampiri Nisa yang sedang pingsan.
"Nak, bangun nak," ucap wanita itu.
"Pah dia pingsan."
"Kita harus bawa dia ke rumah sakit."
"Tapi pah penerbangannya bentar lagi."
"Menolong sesama itu lebih penting. Masalah penerbangan kita bisa tunda."
"Baik pah."
Aditama kemudian langsung menggendong Nisa menuju mobilnya.
Saat di pertengahan jalan, Nisa terbangun.
"Arghhh," eluh Nisa saat ia merasakan pusing di kepalanya.
"Kamu sudah sadar nak? Bagaimana perasaan kamu?" ucap Sandra memberikan air minum kepada Nisa.
"Aku sudah baikan tante. Kenapa aku bisa ada disini? Dan tante siapa?" tanya Nisa.
"Kami melihatmu pingsan di tengah jalan nak. Tante yang menolongmu."
"Terima kasih sudah menolong saya. Maaf saya sudah merepotkan om dan tante"
"Tidak apa-apa, rumah mu dimana? Kami akan mengantarmu pulang"
Mendengar kata pulang, Nisa langsung menunduk.
"Ada apa nak?"
"Bawa aku bersama kalian om, tante."
Sandra dan Aditama tiba-tiba tercekat, sambil saling pandang satu sama lain.
"Nanti ayah dan ibu kamu cariin kamu sayang. Kamu harus pulang," ucap Sandra mengusap kepala Nisa.
"Tidak tante, saya mohon bawa saya bersama kalian."
Melihat nada memohon itu, Sandra jadi tak tega. Ia pun melihat suaminya dan meminta persetujuan suaminya. Aditama mengangguk.
"Tapi kami dari Jakarta sayang. Hari ini kami sudah ingin melakukan penerbangan ke Jakarta. Apa kamu masih ingin ikut dengan kami?"
"Tidak papa tante, aku akan ikut"
"Baiklah, tapi ada syaratnya"
"Syarat apa tante?"
"Kalau kamu ikut dengan kami, kamu harus panggil kami mama dan papa yah. Anggap aja kami adalah keluarga kamu."
"Iya mah, pah"
"Maafin aku, pah. Semoga papa tenang di alam sana. Mama maafin aku, aku pergi" batin Nisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kehidupan Nisa
RomanceKisah kehidupan yang sangat rumit yang harus dijalani oleh seorang gadis remaja. Hanya karena suatu kesalahpahaman membuat kehidupan gadis itu berubah. . . Oke lebih lanjutnya silahkan baca di cerita. Dan semoga disuka yah, ini cerita pertamaku. Ma...