22. Persiapan ulangan

12 5 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi satu jam yang lalu. Namun, Nisa masih tinggal di kelasnya. Dia sangat sibuk belajar mengulangi apa yang telah di pelajarinya. Berhubung sebentar lagi ulangan semester ganjil jadi Nisa belajar dengan sangat giat. Dia tidak ingin mengecewakan orang yang mendukungnya untuk bersekolah termasuk kedua orang tuanya.

"Capek," keluh Nisa saat ia sudah lelah belajar. Pandangan lurus ke arah jendela kelasnya. Menatap pemandangan yang ada di luar jendela.

"Begitu Indah ciptaan-Mu ya Allah, hamba sangat bersyukur Engkau membiarkan aku menikmati ciptaanmu yang Indah ini," gumam Nisa tersenyum

Suara langkah kaki menghentingkan aktifitasnya, suara itu semakin mendekat sampai sudah di depan pintu kelasnya. Awalnya Nisa takut mendengar langkah itu tapi saat dia tau asal dari suara langkah itu, Nisa tersenyum.

"Ahh Li kamu ngagetin aja tau," seru Nisa karena menahan debaran jantungnya karena ketakutan

"Hehehh maaf maaf. Ehh tapi kok lo masih ada di kelas, Nis? Ngapain?" tanya Lily

"Aku belajar tadi tapi udah selesai kok. Bentar lagi aku pulang setelah membereskan bukuku ini," ucap Nisa melihat Bukunya dan menyimpannya di dalam tasnya.

"Rajin banget Nis belajarnya, nanti otak kamu meledak loh karena belum istirahat. Dari tadi pagi kan sampai siang udah belajar lah waktu pulang kamu lanjut lagi," ucap Lily sambil berjalan mendekati Nisa

"Nggak papa Li kan bentar lagi ulangan. Oh iya kok kamu kembali ke sekolah?" tanya Nisa

"Gue lupa buku kimia gue jadi gue balik ke sekolah. Nih," ucap Lili sambil memperlihatkan sebuah buku yang di ambil dari kolom mejanya.

"Yaudah kalau gitu kita balik asrama bareng, kan kamu sudah mengambil bukumu."

"Iya," ucap Lili

Mereka pun berjalan beriringan menyusuri koridor kelasnya.

*****

"Ram lo nggak mau pulang minggu ini?" tanya Fahmi

"Untuk apa?"

"Minta doa sama papa dan mama, supaya bisa dilancarkan dalam ulangan dan juga berkah."

Akram langsung duduk setelah mendengar perkataan Fahmi.

"Minta doa? Apa lo bercanda? Gue minta doa sama papa dan mama? Kalau papa sih mungkin doain gue, kalau mama? Sampai gue minta berulang kalipun pasti gue ngk bakalan di doain. Jadi untuk apa gue pulang? Kalau lo mau pulang, pulang aja," kata Akram dengan nada ketus lalu kembali membaringkan tubuhnya di kasurnya.

Fahmi tau apa yang di katakan oleh Akram sangat benar. Tapi, bagaimana pun asalkan sudah berusaha yah selanjutnya kita serahkan kepada Allah.

"Biarpun begitu lo harus pulang. Bagaimanapun doa mama adalah doa yang sangat mujarab. Kalau masalah mau atau tidaknya itu soal nanti. Asalkan lo udah berusaha. "

"Lo aja, gue udah bilang gue nggak bisa. Percuma gue paksain seseorang melakukan sesuatu buat gue sedangkan seseorang itu nggak mau melakukannya untuk gue. Percuma!"

"Seseorang yang kamu maksud itu mama, Ram."

Akram nampak tidak peduli dengan perkataan Fahmi.

"Gue nggak peduli."

"Astaghfirullah, lo nggak boleh ngomong gitu, Ram. Gue tau apa yang lo rasakan. Tapi, bagaimana pun juga yang lo maksud adalah mama. Bagaimana pun perilaku mama kepada lo, lo harus sabar dan In Syaa Allah suatu saat pasti mama akan sayang sama lo."

" Gue selama ini sabar dan selalu berharap agar suatu saat nanti mama sayang sama gue. Tapi apa? tidak ada kemajuan sedikit pun. Bukannya gue ngk ngehergain mama. Tapi, gue butuh waktu untuk bisa mengontrol diri gue. Gue nggak pernah ngerasain kasih sayang ibu gue dan saat gue ketemu sama mama, gue udah senang banget dan berharap gue bisa dapat kasih sayang itu. Tapi perkiraan gue salah. Apa yang di tunjukkan oleh mama kepada gue benar-benar membuat gue lebih merasa terpuruk. Jadi, gue mohon sama lo. Jangan paksa gue melakukan sesuatu yang sudah pasti gue nggak bisa."

Fahmi menghela nafasnya, ini benar-benar perkara yang sulit untuk ia selesaikan. Fahmi berharap seiring berjalannya waktu, mamanya bisa menyayangi Akram karena sejatinya seorang anak pasti memerlukan kasih sayang seorang ibu. walaupun ia sudah dewasa.

Akram tiba-tiba bangkit dari tidurnya dan melangkah menuju meja belajarnya.

"Gue mau belajar," kata Akram membuka buku pelajarannya.

Fahmi menghembuskan nafas gusar, "Yasudah kalau gitu. Gue pamit dulu, Ram, Daniel, Rafi. Assalamualaikum."

Akram mengangguk dan membalas salam Fahmi begitu pun dengan Daniel dan Rafi. Memang sedari tadi Daniel dan Rafi ada di kamar itu. Tapi, mereka tidak berniat mencampuri adik kakak itu.

Setelah kepergian Fahmi. Daniel dan Rafi kemudian mendekati Akram.

"Gila lo Ram," kata Rafi

"Maksud lo?" tanya Akram menoleh dan menautkan alisnya

"Hidup lo drama banget!" seru Rafi membuat Akram dan Daniel memutar bola matanya malas.

"Ram gue ngerti apa yang lo rasain. Gue bakalan dukun lo apapun keputusan lo. Tugas gue sebagai teman hanya bisa menasehati dan menyemangati lo," ucap Daniel menyentuh bahu Akram

Akram tersenyum, "Thanks bro"

Daniel membalas senyuman Akram.

"Santai aja"

Setelah itu Akram pun melanjutkan belajarnya sedangkan Rafi dan Daniel memilih kembali tidur ke kasurnya.

Kisah Kehidupan NisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang