Morning report sudah selesai beberapa saat yang lalu, kini para dokter sudah kembali memulai aktivitasnya. Memberikan jasa untuk para pasien. Senyum dan kesembuhan pasien adalah tujuannya.
Aisyah menguap, untungnya dengan cepat ia menutup dengan telapak tangan. Mungkin sudah menjadi kebiasaan, padahal dia menggunakan kain cadar.
Aisyah dan Andi tengah melangkahkan kaki di lorong rumah sakit, kebetulan sekali tujuan mereka sama, yaitu ruang IGD.
"Malam tadi dokter Aisyah ada sift jaga kan?" tanya Andi.
Aisyah menoleh pada Andi, lalu mengangguk. "Ada enam pasien, yang baru masuk dan semua dirawat inap."
Andi mengangguk mengerti. "Diagnosanya apa?" Kebetulan malam tadi dia tidak punya sift malam, tapi hari ini dia sift jaga IGD.
"Fraktur terbuka, humerus," jawab Aisyah.
"Humerus? Bagaimana kondisi pasiennya sekarang?" tanya Andi memastikan. Aisyah mengangguk.
"Semalam penatalaksanaannya yang saya berikan profilaksis tetanus, antibiotik, debridement sama stabilitas fraktur," jelas Aisyah. Ia memasukkan tangan ke dalam saku snelli, dan memperhatikan langkahnya.
"Untuk kondisi pasien, saya belum mendapat kabar. Malam tadi setelah pertimbangan medis dari dokter Jio sebagai spesialis ortopedi, akhirnya diambil tindakan bedah."
Tidak terasa, mereka sudah sampai di depan ruang IGD. Percakapan keduanya juga ikut terhenti, seiring langkah kaki.
"Semangat dokter Andi," ucap Aisyah. "Kali aja nanti ketemu jodoh, dedek coass atau pasien," gurau Aisyah.
Andi terkekeh untuk menanggapi. "Sepertinya, para coass yang di states bedah sangat berjuang hari ini. Haha." Andi mengatakan itu, setelah melihat pesan yang masuk dari teman dokternya juga. Andi tahu temennya yang satu itu, dia tidak mengizinkan para coass berleha-leha saat bimbingan bersamanya.
"Hahaha, jadi keinget waktu coass." Aisyah menerawang udara.
"Nostalgia, kalau dulu pernah di kasta sudra. Ya kan?" Aisyah mengangguk mengiyakan apa yang diucap oleh Andi. Semua itu benar adanya.
"Sepertinya, kita yang jaga IGD hari ini harus bekerja extra."
Saat Aisyah dan Andi akan masuk ke ruang IGD, bertepatan puluhan pasien dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka, juga ikut memenuhi brankar yang ada di IGD.
"Semangat," bisik Andi tepat di belakang Aisyah.
"Korban bencana alam?"
***
Kantin Adian hospital terasa sangat sesak hari ini. Mungkin itu karena Meningkatkannya pasien yang datang, maupun tenaga medis yang semakin meningkat juga.
Aisyah duduk sendiri paling sudut ujung kantin, entahlah wanita itu menjadi langganan sepi sejak ia merubah stastus mereka menjadi istri Arezzo.
"Assalamu'alaikum," salam seseorang tiba-tiba. "Boleh kami duduk di sini?"
Aisyah mendongak melihat siapa pemilik suara, yang ternyata adalah dokter Ulfa.
"Eh dokter Ulfa, iya silakan."
Ulfa mengembangkan senyumnya. Ia duduk tepat di depan Aisyah duduk. Namun ternyata Ulfa tidak sendiri, dia juga bersama dokter Andi. Di tangan mereka sudah ada makanan pesanan masing-masing.
"Bagaimana harimu, dokter Aisyah?" tanya Ulfa.
"Alhamdulillah, lumayan melelahkan. Hehehe," gurau Aisyah. Setelahnya, dia meraih jus alpukat yang ia pesan tadi dan menyesapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
RandomCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...