"Jadi gimana, kamu sama Mas Arez mau honeymoon kan?" tanya Aisyah begitu antusias. Ia menyodorkan dua buah tiket pada Asifa.
Saat ini, keluarga kecil Arezzo tengah berada di meja makan menyantap sarapan sebelum memulai aktivitas.
Beberapa menit lalu, Aisyah mengungkapkan maksud hati memberikan hadiah untuk Arezzo dan Asifa. Namun, sepertinya kedua orang itu enggan untuk menerimanya.
"Aku ngga mau ke bali, Mbak," tolak Asifa.
Senyum yang tadinya terukir indah pada bibir Aisyah, kini perlahan memudar. Ia menatap tiket di atas meja.
"Maafkan Mbak ngga bisa beliin tiket honeymoon ke luar negeri," lirih Aisyah. Wanita itu membelikan dengan sepenuh hati, dan menggunakan uangnya sendiri tanpa bantuan dari Arezzo.
Asifa menggeleng. "Bukan begitu Mbak. Aku benar-benar ngga bisa pergi dalam keadaan seperti ini, rasanya seluruh badan aku lemes."
Aisyah menoleh pada Arezzo di kursi utama meja makan. "Mas, gimana?"
Arezzo angkat bahu. Ia sibuk mengoleskan selain cokelat pada rotinya. "Saya juga tidak bisa pergi, tugas kantor menumpuk."
"Tapi Mas, ini tiketnya udah kebeli. Sayang kan kalo ngga dipake?" Aisyah menatap nanar pada dua lembar tiket itu.
"Ya, siapa suruh kamu beli?" ucap enteng Arezzo. Tidak tahukah ia, jika itu dibeli dengan penuh perjuangan yang bertujuan agar senyum Arezzo kembali hadir, walaupun hanya tipis.
"Yaudah, ngga papa." Aisyah menyimpan kembali tiket yang tadi dia sodorkan. "Nanti aku kasih sama temen yang ada di RS aja. Siapa tahu, dokter Andi ingin berlibur ke bali."
Mendengar nama Andi terucap dari mulut Aisyah, sontak Arezzo menatap tajam istrinya itu.
"Kamu mau liburan berdua sama dokter itu?" tanya Arezzo.
Asifa menggeleng cepat. "Ngga, Mas, cuma menawarkan kok. Mungkin nanti dokter Andi bisa ajak pacarnya."
Arezzo menaikan sebelah alisnya, menganggukkan kepalanya. "Bagus deh jika dia sudah punya pacar," batinnya. Dalam hati, laki-laki itu tersenyum penuh kemengan.
"Eh, tapi kan dokter Andi ngga punya pacar," ucap Aisyah setelah mengingat-ingat.
Tidak bisa mengontrol raut wajah, Arezzo menampilkan wajah datar.
"Ah, mungkin nanti tambah tiket lagi, biar yang lain juga bisa ikut, supaya aku dan dokter Andi ngga cuma berdua." Aisyah berucap, kembali fokus menghabiskan makanannya.
"Saya yang akan ke Bali." Arezzo merebut tiket di tangan Aisyah. Laki-laki itu beranjak berdiri.
"Aisyah, cepat packing baju kamu!" teriak Arezzo saat sudah sampai di anak tangga ke tiga.
Aisyah berhenti mengunyah makanan, lalu mengerjapkan matanya, lucu. "Lah Mas! Kan yang mau honeymoon Mas sama Asifa?"
Asifa tersenyum penuh arti. "Udah Mas pergi aja honeymoon, kan dulu Mba ngga sempet karena keburu abang Arezzo ke Kairo."
***
Nyatanya apa yang keluar dari mulut Arezzo pagi tadi bukanlah bualan semata, karena saat ijin Arezzo dan Aisyah sudah berada di Bali. Mereka baru saja mendarat di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.
Penampilan Arezzo saat ini sungguhlah sangat berbeda dari biasanya, ia menggunakan celana chino hitam sampai di atas mata kaki, lalu ditambah dengan menggunakan kaos polos berwarna senada, yang lengannya digulung sampai siku, hingga memperlihatkan urat-urat pada tangan kekar pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
RandomCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...