Ingatlah, ketika seseorang ditimpa sebuah cobaan makan ingatlah, dalam surah Al-Baqarah Ayat 155, telah di katakan...
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
***
Arezzo pulang dengan kekecewaan nan berdampak pada kesehatan, baik itu mental maupun fisik laki-laki itu. Lihatlah saja saat ini, penampilan Arezzo tidak bisa dideskripsikan lagi bagaimana kusutnya.
Arezzo menjadi laki-laki yang sangat pendiam dan tentu dingin, hingga mampu mengubah atmosfer di sekitarnya.
Arezzo menyeret langkahnya masuk ke dalam lift. Laki-laki itu jua menekankan angka lantai yang menuju kamarnya.
Andai kata semangat bisa dibeli, mungkin Arezzo adalah orang yang akan memborong stok itu. Sayang sekali, semangatnya seakan hilang bersamaan dengan hilangnya Aisyah.
"Aisyah, saya minta maaf."
Sekarang sudah menujukkan pukul lima sore, dan Arezzo belum jua mendapatkan informasi tentang istrinya. Arezzo baru saja pulang setelah pencarian berjam-jam, bahkan laki-laki itu sampai menyewa seorang hacker.
"Aisyah, sampai diujung dunia 'pun, jika saya masih diberi napas sama Allah, saya akan mencari sampai titik darah penghabisan." Arezzo berkumandang dalam hati, menyeru akan hal itu.
Ting...
Kaki jenjang Arezzo telah menginjak lantai tujuan. Ia melanjutkan langkanya, berbelok ke dalam kamar Aisyah. Mulai beberapa minggu terakhir, kamar itu telah dinobatkan sebagai kamar Arezzo dan Aisyah.
Hari-hari Arezzo gunakan untuk menunggu kabar sang istri, tapi sayangnya tidak secuilpun berita ia dapatkan. Bahkan, anak buahnya sudah mencari di setiap sudut kota itu, semua hasilnya nihil. Sekarang, Arezzo hanya bisa berdoa, agar Allah membolak-balikan hati Aisyah, berbalik kepadanya.
Saat ini, Arezzo tengah berada di sebuah ruangan dengan desig minimalis terukir indah nama besar Aisyah di salah satu dinding.
"Kamu lihat Aisyah, kamu berhasil memberikan hukuman yang sangat kejam pada saya," ucap Arezzo.
Walaupun penampilan laki-laki itu sungguh sangat rapi, dengan stelan jas, tapi apalah daya ketika hati yang kacau tidak saluan dengan penampilan.
Selama beberapa hari ini, Arezzo harus benar-benar menebalkan telinganya karena harus mendengar omelan sang mama. Dian sudah pasti murka, karena menantu kesayangannya kabur dari rumah.
Arezzo tahu, yang mengusir Asifa adalah Dian. Bukan karena dia lepas tanggung jawab membiarkan hal itu, tapi Asifa sendiri yang keukeuh menolak bantuannya.
Arezzo ingat saat Asifa mengatakan, "Aku tidak ingin lagi memberikan beban pada Abang. Semua hancur karena Asifa, karena aku cuma anak pembawa bencana."
Mau bagaimana lagi, Arezzo tidak mungkin memaksakan Asifa untuk kembali ke rumahnya. Apalagi saat ini Dian masih berada di dalam rumah.
"Aisyah, kembalilah. Saya tahu, jika kamu lupa jalan pulang kan? Maka tenang saja, saya yang akan menjemput kamu." Arezzo memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
"Permisi Tuan." Lamunan Arezzo membuyar, saat ada seorang laki-laki beryubuh tegap masuk ke dalam kayu ruangannya.
Arezzo menoleh pada laki-laki yang baru saja memunculkan diri. Arezzo menaikkan sebelah alisnya.
"Apa ada kabar?" tanya Arezzo.
Laki-laki itu mengangguk. "Menurut laporan, saat ini nyonya Asifa sedang berada di rumah Zehan."
Tak ayal, laporan itu membuat rautan terkejut kecil pada wajah Arezzo, tapi hanya bertahan sebentar.
"Apa dia dalam bahaya?" tanya Arezzo.
Anak buah kepercayaannya menggeleng. "Saya tidak tahu, Tuan. Menurut informasi, nyonya Asifa tinggal di rumah itu."
Tidak kalah terkejut dari sebelumnya, ini sungguh informasi yang tak bisa dicerna begitu saja. Bagaimanapun kondisinya, Asifa sangat membenci Zehan, lalu mengapa sekarang?
Arezzo melipat tangannya di depan dada. "Cari tahu, apakah ada hal yang bahaya mengancamnya. Jika tidak, biarkan dia tinggal di sana."
"Baiklah, saya permisi."
Arezzo tanpa sadar menghembuskan napas berat. Belum selesai masalah satu, masalah baru mendaftarkan diri lagi.
"Hanya kamu, Aisyah, yang bisa membuat saya terpuruk seperti ini."
"Saya mencintaimu."
Satu bulan berlalu...
Seperti sebelumnya, tidak ada kabar apapun dari orang suruhan Arezzo tentang Aisyah. Bahkan, Arezzo sudah turun tangan langsung, mencari ke seluruh penjuru pulau Jawa, seperti sebelumnya pula hasil yang dia dapat.
"Cek penerbangan pada tanggal 14 bulan lalu," titah Arezzo. "Beri tahu saya, jika nama Aisyah terdaftar sebagai salah-satu penumpang."
Arezzo duduk di kursi rapat pada ruangan khusus, seperti ruang rapat di rumah keluarga Wijaya.
Dengan cepat, para orang-orang di ruang itu fokus pada layar monitor di hadapan mereka. Untunglah Arezzo mempunyai orang bawahan yang handal.
"Penerbangan pagi sepertinya," kata Arezzo.
Tidak beberapa menit, salah satu dari orang di hadapan Arezzo menghadap sang tuan.
"Tuan, pihak dari bandara tidak ingin memberitahukan informasi yang dicari. Mereka sangat menjaga privasi penumpang."
Bukan itu kabat yang ingin didengar oleh telinga Arezzo, sehingga laki-laki itu memasang wajah datar. Dingin menyeruak di setiap sudut ruangan, tatapan intimidasi menjadi pusat perhatian.
"Jika tidak dengan cara halus, maka dengan cara sedikit keras. Bobol data mereka." Arezzo santai sekali mengatakan hal itu.
"Tapi Tuan, sebenarnya itu bukan hal yang sulit. Namun, sepertinya ada sebuah keamanan yang tidak bisa kita tembus," ucap Tomi.
Arezzo menyerengit. Alisnya bertaut. Sependek pengetahuan dirinya, hanya ada dua keamanan privasi terbaik di dunia. Yaitu berada di tangannya dan Zehan. Tapi, apakah Zehan yang berada di balik ini semua? Sepertinya tidak mungkin.
Sebenarnya, mudah saja jika untuk membobol data sebuah bandara. Apalagi Arezzo memiliki seorang hacker handal, bukan cuma satu tapi puluhan orang.
"Maksudmu, ada yang penjaga ketat untuk data penumpang?"
Tomi mengangguk.
"Tidak biasanya. Saya tebak, ini adalah keamanan dengan tingkat atas. Tapi, ini cukup membingungkan." Arezzo memainkan jemarinya mengetuk permukaan pada mejanya.
"Tuan, ada kabar baik." Tomi memperlihatkan laptopnya yang masih menyala. "Menurut data yang bisa dibocorkan, penerbangan pagi pada jam itu adalah ke luar negeri."
Arezzo ikut fokus pada laptop itu. "Cari negara tujuan pagi itu, semuanya jangan sampai ada yang terlewatkan."
"Ini Tuan." Tomi hanya mengetik sebentar, lalu kembali memperlihatkannya pada Arezzo.
"Australia, Canada, Korea, Singapore, Turkey, new Zealand, Rusia, Thailand, Spanyol, dan beberapa negara barat lainnya," ucap Tomi, membacakan nama negara yang tertera pada laptopnya.
Untunglah Arezzo memiliki otak yang cukup lihai untuk berpikir, dan tentu bisa diandalkan.
"Cari di setiap negara tersebut. Susuri setiap sudut, jangan sampai ada yang ketinggalan."
Tomi membelalakan matanya, yang benar saja, itu bukanlah pekerjaan yang mudah. "Tapi Tuan, itu bisa menghabiskan waktu yang sangat lama. Bahkan sampai bertahun-tahun."
Selalu saja, Arezzo telah terlebih dahulu menimang segala keputusan di dalam otaknya. "Lebih baik terlambat, daripada tidak bertemu Aisyah sama sekali."
"Saya yakin, entah tahun ke berapa, kita akan bertemu kembali." Arezzo membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
RandomCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...