"Hei, siapapun yang ada di luar! Tolong lepaskan aku!" Aisyah meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari ikatan yang ada pada tangannya. Namun, semakin berusaha, ikatan itu semakin kuat.
"Ya Allah, apalagi ini! Mas Arez," lirih Aisyah. Setetes air bening meluruh pada sudut matanya. Di saat seperti ini, wanita itu masih saja mengingat laki-laki tidak tahu diri bernama Arezzo.
Aisyah menyerah, karena mau sekeras apapun ikatan itu tidak akan pernah lepas jika tanpa bantuan.
Beberapa menit yang lalu, Aisyah terbangun di sebuah ruangan yang sangat cantik, dihias dengan kelopak bunga mawar merah, juga terdapat begitu banyak lilin aroma yang menyala.
Wanita itu menghirup udara sedalam yang ia bisa, lalu menghembuskan dengan pelan. Asma Allah selalau terlontarkan dalam batin dan raganya.
Brakk...
Tubuh Aisyah terlonjak kaget, karena seseorang membuka pintu dengan tidak sabaran. Aisyah menoleh, mencari siapa yang baru saja datang. Dalam hati, ia berharap itu adalah sebuah bantuan.
Seorang pria bertubuh atletis, berpenampilan serba hitam dan bertopeng, masuk dengan tergesa-gesa. Pria itu mendekat pada Aisyah, duduk di tepi ranjang.
"Siapa kau!" tanya Aisyah. Dia yang tadinya meraih sedikit ketenangan, kini kembali menegang waspada.
"Lepaskan aku!" teriak Aisyah.
Setelah diteriaki dengan lantang oleh Aisyah, tidak ada pergerakan apapun dari pria bertopeng itu, masih dalam posisi diam.
Karena terlalu kelelahan, Aisyah'pun kembali diam. Namun, kewaspadaan selalu berkibar dalam dirinya.
Setelah lima menit, pria bertopeng itupun tidak melakukan sesuatu sama sekali. Dia terlihat diam, termenung seperti tengah memikirkan sesuatu keputusan yang besar.
"Kenapa kau memandangku seperti itu!?" sembur Aisyah, merasa tidak nyaman karena ditatap terlalu dalam.
"A?" Aisyah baru menyadari sebuah kalung yang dipakai oleh pria itu, berliontin huruf A.
Dengan perlahan, pria A itu mengulurkan tangannya, berniat membuka tali yang mengikat Aisyah pada ranjang.
Tangan sebelah kanan Aisyah terlepas dari ikatan, dengan mudah wanita bercadar itu melepaskan tangannya yang lain tanpa bantuan dari pria bertopeng.
Tergopoh-gopoh Aisyah beranjak dari ranjang, berlari dengan tidak sempurna ke arah pintu.
Tangannya dengan bergemetar memegang ganggang pintu. Naasnya, setelah beberapa kali berusaha, pintu itu tak kunjung terbuka.
"Aisyah, kamu tidak akan bisa keluar," ucap pria bertopeng. Ia berjalan menyusul berdiri di tempat Aisyah berada.
Dengan tidak sopannya, laki-laki itu memeluk tubuh mungil Aisyah, memeluknya sangat erat.
Aisyah tentu tidak semudah itu menerima tindakan laki-laki asing yang memeluknya, wanita itu meronta-ronta memohon untuk dilepaskan.
"Hiks... tolong, saya mohon lepaskan."
Pria bertopeng itu semakin mengeratkan pelukannya. Mata elangnya melirik ke salah satu sudut ruangan, matanya memicing. Dapat, di sana bisa dia lihat ada sebuah kamera yang seperti sedang menyala.
"Aggrrt! Saya mohon, lepaskan. Hiks." Sudah tak terhitung sudah berapa tetesan cairan bening di mata Aisyah terkuras, berharap dengan seperti itu ia akan terbebas.
Pria bertopeng itu menyeret Aisyah kembali ke ranjang. Disebabkan oleh hal itu, ia menerima beribu pukulan, tendangan dari Aisyah. Ia mendorong Aisyah hingga terhempas ke ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
RandomCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...