Arezzo kira, selama beberapa minggu ini Aisyah tidak berpikir lagi tentang sebuah perceraian di antara mereka. Namun, semua itu hanyalah harapan bagi Arezzo, karena kini di tangannya sudah ada sebuah surat dari pengadilan.
Secara naluri seorang suami, Arezzo tidak menyadari di tangannya surat itu telah remuk kusut membentuk sebuah bola kecil.
Arezzo menoleh ke arah dinding, di mana sebuah jam menggantung. Dia tidak bisa beranjak dari kantor jam segini, apalagi setelah ini ada klien penting dari Jepang yang akan berkunjung untuk melihat project yang tengah terjadi.
Akhirnya, Arezzo mengeluarkan benda pipih dari dalam sakunya. Laki-laki itu mengusap beberapa kali permukaan layar benda itu. Sebelum menempelkan pada telinganya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam suara lembut dari seberang sana.
Arezzo menggerakkan rahangnya, mencoba menahan emosi yang membuncah. Tidak, Arezzo tidak maua lagi mengeluarkan kata-kata yang kasar untuk Aisyah, takut jika itu akan menyakiti istrinya dan kejadian seperti beberapa waktu lalu terulang lagi.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Arezzo dengan suara dingin.
"Ada apa Mas?" tanya Aisyah di seberang sana. Ia tahu, jika saat ini adalah jam kerja suaminya. Mungkin kalau bukan hal yang penting, Arezzo tidak akan menelponnya.
"Apa maksudnya ini semua, Aisyah?" tanya datar Arezzo.
Di seberang sana, Aisyah tersenyum kecut. Arezzo pasti telah mendapat surat dari pengadilan. Ya, setelah beberapa hari berpikir keras, Aisyah memutuskan jalan terbaik untuk keduanya. Aisyah telah mengajukan gugatan cerai ke pengadilan, tanpa sepengetahuan Arezzo, saat suaminya itu sibuk membujuknya untuk pulang.
"Apa ada yang salah. Bukankah Ais sudah bilang sering kali tentang hal ini?" tanya Aisyah.
"Istri mana saja yang meminta kepada suaminya, untuk dicerai tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga.” Arezzo berucap kutipan hadist yang sangat dia tahu, itu riwayat abu Dawud.
Aisyah terdiam, saat suaminya mengucapkan hal itu. Mengapa, mengapa di saat seperti ini barulah suaminya itu mengutip hadist, lantas perbuatannya selama ini pada Aisyah sangat tidak ada anjuran dari ajaran agama Islam?
Aisyah tersenyum kecut. "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang melakukan gugat cerai tanpa alasan yang dibenarkan, Mas."
Kini Arezzo yang terdiam, kembali kesalahan yang lampau menghampirinya. Memang benar, jika semua perbuatannya tidak benar, tapi ada alasan di balik itu semua. Belum ada waktu yang tepat untuk memberitahukan pada Aisyah.
"Artinya, apabila itu dilakukan karena alasan yang benar, syariat islam tidak melarangnya. Bahkan dalam kondisi tertentu, seorang istri wajib berpisah dari suaminya." Aisyah melanjutkan ucapannya.
Sebelum memutuskan untuk berpisah, Aisyah sudah terlebih dahulu mempelajarinya. Dan sekarang, keputusan wanita itu telah bulat dan tepat.
"Kuharap Mas mengerti. Waassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Setelah mengucapkan salam, Aisyah memutuskan sambungan telpon sebelah pihak.
Brakk...
Arezzo membanting ponselnya ke arah dinding dengan sangat keras, hingga benda itu terlihat berserakan di lantai.
Tidak memikirkan apapun selain Aisyah, Arezzo membawa langkahnya yang besar keluar dari ruangan.
Namun, langkah kakinya saat ada interupsi suara yang menghalanginya.
"Pak, Anda mau ke mana? Ingat Pak, Anda tidak boleh pergi dulu, karena ada klien dari Jepang yang sangat penting," peringat sekretaris Arezzo.
Arezzo mendesis pelan. Ia berjalan kasar, kembali masuk dalam ruangannya. Ia menjatuhkan tubuhnya pada kursi, menyandarkan diri. Arezzo menyugar rambutnya yang berkeringat dengan seluh jemarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
De TodoCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...