"Suara kamu mengganggu tidur saya, jadi saya datang ke sini," ujar Arezzo. Rautan wajahnya bahkan tidak bisa dibaca, walau dia menatap Aisyah.
Aisyah menciut, menunduk. "Maaf," lirihnya. Salahkan Aisyah berharap bahwa Arezzo ke kamarnya, karena ingin mengetahui kondisi dirinya. Namun, harapan itu hancur, setelah mendengar penjelasan suaminya.
Arezzo diam, memperhatikan tubuh istrinya yang ber gemetaran. Namun, sepertinya Aisyah sangat berusaha tidak memperlihatkannya. Dalam hitungan detik, Arezzo mendekat ke arah Aisyah dan membawa tubuh ringkih istrinya ke dalam dekapan.
Tak ayal, apa yang dilakukan oleh Arezzo membuat Aisyah terkesiap terbelalak. Mata wanita itu berkaca-kaca tidak percaya, bisa berada sedekat ini dengan suaminya. Ini untuk pertama kalinya Arezzo melakukan ini.
Ada rasa bahagia yang membuncah pada diri Aisyah. Salahkah dia berharap lebih setelah perlakuan Arezzo ini? Namun sepertinya tidak, karena harapannya kembali hancur setelah mendengar untaian kalimat dari Arezzo.
"Istirahatlah, besok banyak yang perlu dipersiapkan untuk pernikahan saya dan Asifa." Arezzo melerai pelukannya. Tanpa menunggu dan menatap Aisyah, laki-laki itu berniat untuk pergi dari tempatnya berdiri.
"Mas mau kemana?" Aisyah dengan cekatan menahan tangan Arezzo, sehingga pergerakan laki-laki itu terhenti.
"Saya mau ke kamar," jawab Arezzo.
Aisyah memejamkan tangannya, dia tiba-tiba saja terserang rasa gugup. Dengan lugas, wanita itu mengatakan, "Tidak bisakah untuk malam ini saja, kita tidur satu ranjang?"
Tidak disadari oleh Aisyah bahwa dalam beberapa detik, tubuh Arezzo menegang. Laki-laki itu memhempas tangan Aisyah dari lengannya.
Aisyah semakin memperdalam pejaman matanya, dia siap menerima penolakan dari suaminya. Namun, dia tidak mendengar suara Arezzo mengatakan apapun, justru yang dia rasakan tangannya ditarik. Aisyah melangkah mengikuti tarikan itu.
"Bukalah matamu," titah Arezzo.
Aisyah menurut, dengan perlahan dia membuka matanya. Hal yang pertama kali dilihat oleh kornea mata Aisyah adalah Arezzo. Beberapa kali dia mengerjap, menjernihkan pandangannya. Aisyah baru menyadari, bahwa saat ini dirinya dan Arezzo berdiri di pinggir ranjang.
"Tidurlah," ucap Arezzo. Dia berjalan ke arah tepi ranjang yang berseberangan dengan Aisyah.
Aisyah masih bergeming, mencerna setiap pergerakan yang telah terjadi, atapun sedang terjadi. Dia memperhatikan pergerakan Arezzo yang tengah menata tempat tidur, agar nyaman untuk ia tidurin. Dengan sigap Aisyah menahan tangan Arezzo yang hendak memasangkan bantal guling di tengah ranjang.
Aisyah menggeleng. "Tanpa pembatas," pintanya.
Arezzo diam sejenak, lalu beberapa saat kemudian menghembuskan nafas kasar. "Oke."
Arezzo merebahkan tubuhnya, dan membelakangi Aisyah yang masih saja diam di pinggir kasur.
"Astagfirullah." Aisyah mengusap dadanya yang bergemuruh.
Bohong jika Aisyah mengatakan dia tidak kecewa saat ini, tapi dia berusaha untuk menelan semua harapannya hingga tidak tersisa walaupun itu bekasnya.
Arezzo sudah mau satu ranjang saja, Aisyah sudah bahagia dan bersyukur kepadaNya.
"Semua butuh waktu," batin Aisyah menyemangati dirinya sendiri.
Aisyah mencoba tidak ambil pusing. Dia merebahkan diri mengikuti jejak Arezzo. Aisyah mengambil posisi menghadap suaminya. Walaupun yang hanya bisa dia lihat adalah punggung sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
RandomCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...