21

16.8K 577 4
                                    

Setelah Andi berhasil memulihkan kembali kondisi Aisyah, ia akhirnya bisa menghembus napas lega.

"Berikan infus cairan kristaloid lagi," titah Andi pada suster di sebelahnya.

"Sepertinya saya harus segera memberikan konsul pada Aisyah. Kita harus melakukan CT Scan, untuk menegakkan diagnosa." Seharusnya sudah lama Andi melakukan tindakan itu, tapi Aisyah tidak memberikan izin. Jadi, dia'pun tidak bisa berbuat apa-apa.

"Berdoalah, semoga dugaan saya tidak benar," gumam Andi.

Sedikit banyak, Andi mengerti apa yang tengah dialami oleh Aisyah, baik masalah keluarga maupun pekerjaan. Menurut informasi yang dia dapat, suami dari Aisyah menikah dengan adik iparnya sendiri seminggu yang lalu.

Andi memandang wajah Aisyah yang kini tanpa penutup wajah, karena demi tindakan medis. Laki-laki itu akui, jika Aisyah sangatlah cantik, bahkan tanpa make-up seperti sekarang.

"Sebenarnya, apa yang dicari oleh Arezzo? Hingga dia menyia-nyiakan istri sebaik kamu," gumam Andi.

Tidak bisa berbohong, Andi memang sudah memendam rasa terhadap wanita bernama Aisyah, semenjak mereka menginjak Universitas yang sama. Bahkan, Andi pernah merencanakan melamar Aisyah. Namun, sudah terlebih dahulu ia mendengar kabar pernikahan Aisyah.

Andi pernah rapuh, dan beragresi untuk merebut kembali Aisyah. Namun, itu hanya beberapa saat, karena dia sakit hati. Perlahan dia mulai menerima kenyataan yang pahit itu.

Andi mengecek jam yang melingkar di tangannya, ini sudah masuk jam sholat shubuh. Andi kembali mengalihkan pandang pada Aisyah.

Dalam hitungan detik, laki-laki itu memutuskan untuk menunaikan sholat di dalam ruangan itu saja. Andi takut, jika nanti dirinya meninggalkan Aisyah sendiri, hal seperti tadi terjadi lagi. Laki-laki itu hanya berusaha untuk jaga-jaga.

                               ***

"Kenapa kamu tidak becus seperti ini! Saya sudah bilang, untuk jangan membiarkan dokter modus itu mendekati Aisyah!" teriak Arezzo. Mungkin, dikarenakan emosi laki-laki itu sudah terusik sedari tadi, akhirnya meledak juga saat mendapati Andi berada di dalam ruangan Aisyah.

"Maaf tuan, tapi dokter Andi hanya akan membantu nyonya Aisyah," ungkap laki-laki bertubuh kekar, suruhan Arezzo.

"Ck, dia itu modus!" Tidak ingin berdebat lagi dan membiarkan Aisyah berlama-lama di sisi Andi, Arezzo melenggang masuk.

Benar saja, saat Arezzo membuka pintu ruang inap Aisyah, ia mendapati seorang laki-laki yang tengah memandang wajah polos istrinya. Tidak bukan, hal itu membuat erosi pada diri Arezzo.

Tanpa mengatakan apapun, raut wajah juga datar, Arezzo membawa langkah lebarnya mendekat pada Andi. Suami sah Aisyah itu, menyeret Andi dengan menarik snelli laki-laki itu. Arezzo tidak sudih bersentuhan kulit dengan Andi.

"Dasar kutu badak!" teriak Arezzo, saat dia sudah berhasil membawa Andi keluar ruangan. Laki-laki itu membanting dokter muda bernama Andi ke arah dinding.

Andi tentu tidak siap dengan pergerakan Arezzo, hingga dia menjadi kelimpungan. Untung saja dia dengan sigap menahan tubuh, saat kepalanya akan kebentur.

"Akhirnya kamu datang," desis Andi, menatap tajam Arezzo, seakan bola matanya akan keluar.

Melihat wajah Arezzo, membuat Andi semakin muak. Ia teringat bagaimana air mata Aisyah terbuang begitu saja, hanya demi suami tidak tahu dirinya.

Bukannya merasa takut ditatap seperti itu, Arezzo justru membalasnya dengan tatapan yang lebih tajam. Katakanlah Arezzo tidak tahu diri, tapi jika sudah menyangkut 'miliknya', tapi diganggu oleh orang luar, emosi akan sangat sangat mudah membakar jiwa laki-laki itu seperti kertas bertemu api.

Madu (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang