Menyibukkan Diri

22.1K 811 3
                                        

Dentingan sendok beradu dengan piring, terdengar memecahkan kesunyian. Sarapan kali ini, adalah dimasak oleh Asifa, yang baru menyandang menantu keluarga itu.

Dian makan dalam hening, tanpa menghiraukan Arezzo dan Asifa. Dian duduk di kursi utama meja makan yang mampu menampung puluhan orang itu.

Dian berdehem. "Dimana menantu mama?" tanyanya entah pada siapa, yang jelas di ruangan itu hanya ada orang bertiga.

"Saya tidak melihat Aisyah dari kemaren." Dian menatap tajam ke arah Asifa.

"Dia kemaren pergi pas acara dan entah kemana, itu semua karena kamu!" Dian menunjuk wajah Asifa.

"Jika terjadi sesuatu pada dia, awas aja kamu!" Dian berkata nyalang.

Arezzo hanya diam, tidak peduli dengan apa yang dilakukan Dian pada Asifa. Namun, setelah mamanya itu berlebihan sekali, dia akhirnya angkat suara. "Ma, udah, Asifa tidak tau apa-apa," bela Arezzo.

Dian mendesis. "Tidak tau apanya? Jelas-jelas ini semua ulah kalian! Menjijikkan!"

Setelah itu, tidak ada yang menyahuti Dian lagi. Arezzo sendiri merasa malas membahas ini dengan mamanya, selalu mengungkit hal yang sama. Aisyah saja, sebagai istrinya tidak keberatan Arezzo menikah lagi.

"Aku di sini, Ma!" Aisyah terlihat keluar dari lift, lalu berjalan mendekat ke meja makan.

"Sayang!" Dian sontak berdiri, lalu menuntun Aisyah untuk duduk.

"Bagaimana keadaan kamu?" tanya Dian.

Aisyah tidak terlalu fokus dengan Dian, justru melirik ke arah suaminya, Arezzo. Laki-laki itu masih sibuk dengan aktivitasnya. Lalu, Aisyah beralih melirik ke arah Asifa yang juga meliriknya.

"Aisyah," panggil Dian membuyarkan aktivitas Aisyah.

Aisyah menoleh ke Dian. "Mama bertanya, Sayang."

"Eh itu Ma, seperti yang diliat, aku baik-baik saja." Aisyah tersenyum di balik cadar nya.

"Kamu semalam dari mana? Mama nunggu kamu pulang, lho." Dian berucap seraya menyiapkan piring dan yang lainnya untuk Aisyah.

Aisyah hendak menghentikan, tapi tidak diizinkan oleh Dian.

"Itu...Ma, ada pasien mendadak kemaren, jadi, Aisyah harus ke rumah sakit. Dan juga, dokter lain sedang tidak ada yang jaga," jelas Aisyah berbohong.

Dian mengangguk mengerti. "Ouh gitu. Mama kemaren nelpon kamu, tapi tidak diangkat. Mama khawatir kamu kenapa-kenapa."

Ah, iya, Aisyah baru teringat bahwa ponselnya ada di dalam mobil. Sedangkan mobil Aisyah masih di tempat semula, di mana ia pingsan. Hari ini dia berniat mengambilnya, setelah pulang dari rumah sakit.

Andi memberitahu bahwa mobilnya aman saat ini. Karena di sana ada rumah pribadi Andi, dan dia meletakkannya di sana.

"Ah, iya Kak, Asifa juga khawatir, tauk... Seharusnya kemaren Mbak ada di sini, jadi kita bisa berfoto bersama." Asifa berucap seakan tidak berdosa. Tidak sadarkah dirinya, bahwa semua ini disebabkan karenanya.

Aisyah hanya tersenyum kecut di balik cadarnya. Lalu, dia mulai menyuapkan makan ke dalam mulutnya.

"Gimana, Mbak, enakan?" tanya Asifa.

Aisyah mengangguk. Dia tahu, bahwa yang masak adalah adiknya.

Asifa tersenyum girang. "Memang enak, soalnya Mas Arez aja makannya banyak."

Mendengar tuturan Asifa, membuat Aisyah tersedak. Arezzo sangat jarang makan di rumah, bahkan hampir tidak pernah makan satu meja dengan Aisyah. Makanya tadi Aisyah sempat heran, kenapa Arezzo ada di meja makan, dan sekarang dia tahu penyebabnya, itu semua karena Asifa.

Madu (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang