Setelah kepergian Aisyah dari rumah, Arezzo seperti orang kehilangan kewarasan yang baru saja sadar telah membuang berlian dengan harga yang tidak tertandingi dengan apapun.
Brakk...
Arezzo membuang rubik di tangannya ke sembarangan arah. Walau tidak bisa cara mengungkapkan rasa amarah yang menguasai, tapi telihat jelas dari sikapnya beberapa waktu terakhir.
"Apa kau mendapat kabar terbaru?" tanya Arezzo, pada beberapa orang bodyguard yang selalu standby di sekitarnya.
"Tidak Tuan," jawab salah satu diantara mereka.
Saat ini, Arezzo tengah berada di ruang kerja pribadi, salah satu ruangan yang ada di rumah besar keluarga Wijaya.
Arezzo memutar kursi ergonomiknya ke belakang, lalu kembali ke depan, hingga beberapa kali. Itu terlihat lucu di mata orang-orang yang melihatnya, tapi karena sikap takut dan menghormati mereka tidak berani untuk menyemburkan tawa.
Arezzo mengibaskan tangannya. "Tinggalkan saya sendiri," titahnya.
Perintah itu segera dilaksanakan, hingga di ruangan itu hanya meninggalkan Arezzo seorang.
Arezzo menyugar rambutnya dengan seluh jemari tangan, lalu beralih memijit pangkal hidungnya.
"Aisyah, kemana kamu?"
"Kamu selalu saja membuat saya khawatir," kata Arezzo.
Tangan kekarnya meraih bingkai foto, yang berada di atas meja kerja. Di dalam bingkai itu, terdapat sebuah gambar seorang gadis bercadar dengan mata menyipit, pertanda tengah tersenyum.
Arezzo tersenyum tipis. "Kali ini kamu tidak boleh pergi terlalu jauh. Maafkan saya."
Arezzo meraih benda pipih berwarna hitam, yang ada tepat di sebelah foto tersebut. Mengutak-atik sebentar, sebelum menempelkan pada kuping kiri.
"Posisi terakhir nyonya Aisyah berada tidak jauh dari gedung markas Zehan."
"Cari sampai ketemu. Temukan dia, sebelum dokter Ondo menemukannya," titah Arezzo, setelahnya mematikan sambungan sebelah pihak.
Arezzo melangkah ke arah jendela kaca besar di samping ruangannya. Giginya menggeretak, tangannya terkepal kuat, matanya semakin menajam.
"Aisyah, kamu tidak bisa jauh dari saya."
Arezzo mengusap wajahnya gusar.
"Tidak, saya tidak bisa seperti ini terus."
Arezzo memutuskan untuk turun tangan sendiri dalam pencarian Aisyah. Sudah sedari tadi dia menunggu, tapi tidak ada hasil sekalipun.
***
"Saya sudah berulang kali nelpon kamu, tapi sepertinya ponsel kamu tidak aktif," ungkap Andi.
Saat ini, Andi dan Aisyah tengah berada di ruang UGD. Mereka hanya mengobrol santai, karena pasien sepertinya belum ada yang sampai di rumah sakit.
Aisyah menoleh ke arah Andi yang terus saja mengoceh di belakangnya.
"Iya Dok, semalam ponsel saya lowbat. Saya baru tau, setelah berada di rumah dokter Ulfa tadi pagi," jelas Aisyah.
Andi menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kok saya merasa aneh dengan jalan dokter Aisyah pagi ini?" Ia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu.
Aisyah tersenyum kecut, tuturan Andi mengingatkannya pada kejadian semalam. Dan ya, itu sangat menyakitkan bagi Aisyah.
"Bukan apa-apa," kata Aisyah. "Ah iya, pasien ruang melati atas nama Fina, dokter Andi yang visit kemaren?" tanya wanita itu, mencoba mengalihkan pembicaraan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (Lengkap)
DiversosCERITA INI BISA MEMBUAT EMOSI ANDA JUNGKIR BALIK SALTO MENGGELINDING ⚠️ Aisyah harus menghadapi kenyataan pahit ketika suaminya, Arezzo, menghamili adiknya, Asyifa. Hatinya hancur, merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya. Meski terluka, Aisyah...