🐯 30.GAK BOLEH PELIT

1.5K 224 0
                                    

Assalamualaikum
Sebelum baca jangan lupa tekan Bintang dan komen ya
Hati-hati ada typo

Sebelumnya kalian penasaran gak si sama Visual tokoh cerita ini??

Kalau iya besok aku UP fotonya.tapi
Kalau nda mending nda usah hehe atau pas END aja ya.

Happy Reading

Dinar dan Stefi baru saja keluar kempus, mereka berdua ngobrol sambil berjalan menuju parkiran.

Dinar terus tertawa mendengar cerita Stefi saat mengelabui Dosen tadi.
Stefi memang Pintar mencari alasan jika tugasnya tidak selesai.

Namun seketika suasana menjadi hening saat mereka melihat Dewa sudah duduk diatas motor.

"Eh suami lo tuh udah nungguin." ujar Stefi dari kejauhan menunjuk telunjuknya ke arah Dewa.

"Ya udah gua ke mobil gue dulu ya bye." Langkah Stefi semakin jauh Dinar melambaikan tangannya ke Stefi, lalu mengalihkan pandangannya ke Dewa.

"Udah lama?" tanya Dinar.

"Gak juga si." Saut Dewa lalu memakai helmnya.

Dinar pun memakai helm lalu membonceng ke Dewa. Langsung gas keluar gerbang kampus.

"Oh ya kita mampir ke supermarket ya." Pinta Dinar.

"Emang bahan makanan udah habis?" tanya Dewa sedikit mengeraskan suaranya.

"Hah! apa? gue gak denger." Saut Dinar.

Dewa pun membuka kaca helmnya lalu mengulangi perkataannya.

"Kenapa si lo, kalau gue ngomong hah heh hah heh, itu jawaban yang sangat tidak berkualitas." Timpal Dewa karena harus mengulang setiap kali dia berbicara.

"Bukan gue doang kali! setiap naik motor orang lain pun gini." Elak Dinar tak terima dibilang budeg.

Tiba - tiba Dewa menarik gas membuat Dinar terjingkit kaget,.

"Bisa gak? gak usah ngebut." Protes Dinar.

Dewa pun memperlambat kecepatannya, lalu meraba tangan Dinar lalu merangkulkan ke tubuhnya.

"Pegangan," tatih Dewa lalu kembali menambah kecepatan.

Dinar tak berani melihat ke arah jalanan, matanya terpejam. Beberapa lama kemudian sampai lah di depan supermarket tak jauh dari rumahnya.

Dewa sudah mematikan motornya namun Dinar masih tetap diposisi yang sama.

"Eekhemm!" Suara dehem Dewa menyadarkan Dinar, dia pun langsung melepaskan kedua tangannya yang masih melingkar di pinggang Dewa.

"Gue tau lo nyaman, tapi jangan di tempat umum gini." Ujar Dewa dengan wajah datar.

"Apaan si." Dinar bergegas turun dari motor,dan berjalan masuk ke supermarket.

Sejenak dia menoleh ke Dewa yang berjalan di belakangnya.
"Lo mau ngapain? " tanya Dinar.

"Ikut masuk lah." Saut Dewa lalu mendahului Dinar yang masih berdiri diambang pintu.

DIRGA DEWANTARA | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang