Assalamualaikum
Sebelum baca jangan lupa Hiasi dengan vote dan komen ya
Hati-hati ada typo.
. Selamat membacaDewa mengendarai mobilnya dengan cepat, sedari tadi jantungnya berdegup sangat kencang, panik, gelisah dan gugup semua jadi satu.
Sedangkan dibelakang nampak Dinar sedang menangis kesakitan. Tengah malam Dewa harus mengantar istrinya kerumah Sakit.
Ketahuilah Dewa hanya memakai celana selutut serta kaos pendek bahkan dia tak sempat mengenakan sendal. Lu pada gak usah ngakak oke.
Saking khawatirnya dan langsung menggendong Dinar kedalam mobil.Sementara keluarga dan sahabatnya sudah di kabari dan mereka pun langsung menuju Kerumah Sakit.
Tak lama kemudian Dewa menghentikan mobilnya, tenaga medis dan perawat lainnya langsung membawa Dinar menuju ruang persalinan.Mata Dewa memerah dia tak tega mendengar tangisan Dinar, dia berjalan cepat menuju ruang persalinan.
"Dewa aku takut." Lirih Dinar dalam isaknya.
"Sayang tenang ya, gak usah takut." ck! Sebenarnya dari lubuk hati Dewa, dia sendiri pun takut. Apalagi usia Dinar masih sangat muda kalau harus melewati hal ini sekarang.
"Mah, bolehkan Dewa yang nemenin Dinar didalam?" tanya Dewa gugup. Ibu paruh baya itu mengangguk.
Seluruh keluarga Dewa dan sahabatnya, mereka hanya bisa menunggu diluar. Lelaki itu berada disamping istrinya, berulang kali Dewa mengusap kepala Dinar dan mencium keningnya.
"Sabar ya." Bisik Dewa lembut.
"Dewa aku mau sesar aja, aku takut." Pinta Dinar dalam tangisnya karena sakit.
"Maaf Mas sepertinya Mba Dinar bisa melahirkan secara normal, menurut saya operasi sesar sangat beresiko." jelas Dokter Rina.
"Sayang normal aja ya, pasti kamu bisa." Bujuk Dewa.
"Jangan takut ada aku disini." Ucap Dewa lalu menggenggam erat telapak tangan Dinar.
"Ayok Dinar bissmillah, kamu pasti bisa, atur nafas, buang." Dokter Rina terus memberikan intruksi kepada Dinar.
"Huuuhhh." Dinar mulai mengikuti apa yang Dokter Rina bilang, nafasnya naik turun, keringat terus menetes dekat kening Dinar.
"Dewa...sakit banget." Panggil Dinar lirih suaranya sudah nyaris tak terdengar.
Dewa sendiri pun merasa haru melihat Dinar seperti ini, harusnya dia bersabar tau begini dia tidak bikin anak dulu, nah loh! nunggu Dinar berumur lebih dewasa.
Tapi menyesal pun tak ada gunanya, sekarang tugasnya adalah membuat Dinar tenang dan fokus akan bayinya.
"Sayang ayok kamu bisa." Ucap Dewa lalu mencium kembali kening Dinar.
"Huh... Ya Allah." Lirih Dinar.
"Ayok atur nafas lagi, sedikit lagi kamu bisa Dinar." Dokter Rina kembali menuntun Dinar agar mengatur nafasnya.
"Hmmm huuu.. "
"Ad ad ddah ... " Dewa merintih kesakitan saat rambut kepalanya menjadi tumpuan tangan Dinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGA DEWANTARA | REVISI
Novela JuvenilCERITA INI BELUM DIREVISI *SEBUAH RODA KEHIDUPAN* Seandainya bunuh diri itu dihalalkan, mungkin Dewa sudah melakukannya. Dewa yang kehilangan keharmonisan keluarganya membuat dunianya gelap, sunyi dan mati. Hingga suatu saat dia di jodohkan dengan w...