Assalamualaikum
Balik lagi nih sama cerita Anak MERVANOS.Menurut kalian Dewantara ini masuk Genre #fiksiremaja bukan si?
Kalau bukan aku ganti.Ayok Sebelum lanjut harus vote dulu ya, spam komen juga boleh.
Hati-hati ada typo
SELAMAT MEMBACA.Kehamilan Dinar semakin bertambah usia, perut wanita itu sekarang nampak besar. Dewa seringkali melarang Dinar agar tidak terlalu kecapean, namun wanita itu cukup keras kepala.
Sampai hari libur pun Dinar masih sibuk menyetrika baju kerja suaminya. Wanita itu menggelar kain diatas karpet depan Tv, sudah pasti sambil menonton drama.
Saking asiknya melihat Tv tiba - tiba hidung Dinar mencium bau gosong seketika dia menoleh kesamping, sadar akan setrikanya.
"Astagfirullahalazim." Dinar segera mematikan setrika.
Lalu mengangkat kemeja yang baru saja dia setrika.
"Din kita makan dilu..ar" Seketika Dewa datang suaranya memudar.
Dinar meringis sambil memegang kemeja kesayangan Dewa yang sudah bolong.
Dia berat menelan ludahnya, tidak bisa membayangkan saat Dewa marah, seperti singa yang siap menerkam mangsanya.
"Sayang.. Kok bisa bolong gitu." Ujar Dewa menghela nafas.
Benarkah Dewa bereaksi seperti itu? Dinar mengira Dewa akan marah sejadi - jadinya.
"Kamu gak marah?" tanya Dinar merasa tidak enak.
"Marah? Gak kok aku gak marah." saut Dewa, senyum manis pun terukir dibibir Dinar.
"Tapi jatah bulananmu aku potong 30%" ceplos Dewa seketika Dinar membulatkan bola matanya.
"Ih kok gitu sih," gerutu Dinar.
"Gak deh gak itu bercanda."Dewa segera mendekat ke Dinar yang berwajah kesal.
Lalu Dewa melanjutkan setrikaan yang sedang Dinar kerjakan.
Sekilas Dewa menoleh ke Dinar lalu tersenyum."Ngapa senyum - senyum." Ketus Dinar.
"Yee, ngambek aku tadi cuma bercanda." Ledek Dewa.
Tak lama kemudian Dewa selesai memberesakan setrikannya, lelaki itu sejak kecil sudah biasa melakukan pekerja rumah jadi wajar saat dia berumah tangga sudah lumayan paham.
Apalagi disaat kondisi Dinar hamil besar, seperti ini seringkali Dewa lah yang menuntaskan segala pekerjaan rumah .
"Cindil sayang cepet keluar yah nanti papah ajarin bela diri." Ucap Dewa mengusap perut Dinar.
"Sayang anak mamah kamu boleh bela diri tapi jangan suka berantem kaya papah yah." Gumam Dinar kemudian.
"Kapan aku berantem? aku mah gak pernah berantem." Elak Dewa.
"Kipin iki birintim, iki mih gik pirnih birintim." Dinar mengikuti apa yang di ucapkan Dewa, seketika Dewa mencubit kedua pipi Dinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGA DEWANTARA | REVISI
Ficção AdolescenteCERITA INI BELUM DIREVISI *SEBUAH RODA KEHIDUPAN* Seandainya bunuh diri itu dihalalkan, mungkin Dewa sudah melakukannya. Dewa yang kehilangan keharmonisan keluarganya membuat dunianya gelap, sunyi dan mati. Hingga suatu saat dia di jodohkan dengan w...