Assalamualaikum
Terimakasih yang sudah baca cerita ini, terus kawal sampai END
YA
JANGAN LUPA VOTE
BANTU SHARE JUGA
YA CYIN jangan sungkan buat komen .HATI-HATI ada typo
SELAMAT MEMBACA.Satria susah untuk bernafas, detak jantungnya seakan mau berhenti.
Keringat mulai mengalir dari ujung keningnya.Jlebb...
Matanya terbuka melihat langit - langit kamar. Rupanya dadanya tertindih kaki berbulu lebat, serta ada tangan kekar yang menutupi wajahnya.
"Sialan, ternyata ini ulah Panji." Gerutu Satria dengan kasar menyingkirkan kaki Panji.
Tidak. Panji tidak bangun dia masih terlelap bahkan suara ngoroknya malah makin keras. "Woy bangun woy,"
"Hmm," saut Panji lalu menarik selimut.
"Panji, bangun! sholat subuh!" teriak Satria tepat ditelinga Panji.
"Huuuhaaaammmm. " Reaksi Panji hanya menguap.
"Astagfirullahalazim..ini seisi kamar kaya mau kesedot ke mulut lo Ji." Tukas Satria.
"Lo ngapain bangunin gue?"
"Sholat blo'on."
"Duluan aja sono."
"Katanya mau jadi imam yang baik, harus tepat waktu dong." Bujuk Satria menarik baju Panji.
Sumpeh ye ini kaya pasangan suami istri ups
Sedangkan Dewa dan Krisna sudah siap mereka mengenakan baju lengan panjang serta sarung dan siap untuk ke masjid.
3 cogan ini sudah duduk di sofa, tinggal nunggu Panji yang belom keluar kamar. "Lelet amat lo." Timpal Dewa.
"Iya ya sorry, tadi gue kesulitan make sarungnya." Jelas Panji.
"Iya udah ayok berangkat." Ajak Satria. Mereka pun menuju ke masjid yang tak jauh dari rumah Dewa.
. . .
Sudah 3 hari Dinar menyelesaikan tugas kuliahnya, sekarang waktunya dia pulang dari Semarang.
Pukul 15.00 di sebuah stasiun,
Dewa sudah duduk di kursi tunggu dan mengenakan kaos polos berwarna putih. Serta jas hitam tanpa kancing, dipadu dengan celana hitam panjang sampai mata kaki, di lengkapi sepatu yang cukup formal.Lelaki itu tampak begitu gagah mata kaum hawa yang melintas di area tersebut pun tak luput memandang ketampanan Dewa.
"Emang susah jadi orang ganteng," gumam Dewa pada dirinya sendiri.
Berulang kali dia melihat jam yang melingkar ditangannya, lalu beralih ke ponselnya. Namun tidak ada balasan dari Dinar.
Mahasiswa memang sengaja naik kereta sampai jakarta dan bisa di jemput langsung untuk pulang. Akhirnya kereta yang dinaiki Dinar pun tiba. Semua penumpang turun dari kereta dan berjalan keluar stasiun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGA DEWANTARA | REVISI
Fiksi RemajaCERITA INI BELUM DIREVISI *SEBUAH RODA KEHIDUPAN* Seandainya bunuh diri itu dihalalkan, mungkin Dewa sudah melakukannya. Dewa yang kehilangan keharmonisan keluarganya membuat dunianya gelap, sunyi dan mati. Hingga suatu saat dia di jodohkan dengan w...