Hati - hati ada typo
Dewa beranjak dari tempat duduknya
Saat semua keluarganya datang,."Dinar kenapa Dewa?" tanya mamahnya Dinar nampak cemas seorang ibu memang sangat rentan jika terjadi sesuatu pada anaknya.
"Dewa juga gak tau mah, tiba-tiba Dinar pingsan." Saut Dewa juga menunjukan wajah panik.
"Kamu yang tenang, doakan semoga semuanya baik-baik saja." ucap Pak Arjuna ayah kandung Dewa yang datang bersama Qinan.
"Kak Dewa sabar yah, kak Dinar gapapa kok." Tutur adik imutnya yaitu Qinan.
Dewa tersenyum sambil mengelus kepala Qinan.
Dokter pun keluar dari ruang periksa.
"Gimana keadaan istri saya Dok?" tanya Dewa gugup.
"Tenang,, semuanya tenang, Dinar memang sedikit mengalami masalah pada lambungnya. Tapi untung saja tidak berpengaruh pada kandungannya." Jelas Dokter.
Seketika semua saling pandang.
"Kandungan?" Ujar Dewa memastikan.
"Iyaa, Dia sedang mengandung sudah 2 minggu."
Seketika senyuman terbit di bibir Dewa begitu juga seluruh keluarganya.
"Tapi pesan saya Dinar harus mengurangi makanan instan, boleh tapi jangan terlalu sering takutnya lambungnya semakin parah." Jelas Dokter kemudian.
"Baik Dok, boleh saya liat istri saya?" ucap Dewa.
"Oh tentu boleh, besok pagi juga sudah bisa dibawa pulang." Ucap Dokter lalu undur diri.
"Ayah, Mah, Pah Qinan sayang.. Dinar hamil YES! akhirnya gue punya Cindil."
Dewa bergegas masuk kedalam ruangan.
Sementara orang tua mereka saling pandang, heran akan yang barusan Dewa ucapkan "Cindil? " apa maksudnya?
Dinar sudah berposisi duduk dan baru saja meminum air putih. Dengan sergap Dewa memeluk istrinya erat.
Dinar masih tak mengerti ada apa dengan Dewa.
"Sayang makasih yah." Ucap Dewa yang masih memeluk Dinar.
"Makasih? buat apa?" gumam Dinar lalu Dewa melepaskan pelukannya.
"Kamu hamil sayang." Jawab Dewa matanya merah berkaca - kaca.
"Serius?"
Dewa mengangguk, Dinar pun ikut tersenyum bahagia.
"Tapi aku takut." Ujar Dinar.
"Kenapa harus takut? kan ada aku ayah, mamah, papah, dan lainnya." Saut Dewa.
"Satu lagi kata Dokter kamu harus mengurangi makanan instan, itu gak baik buat kesehatanmu." tutur Dewa.
Dinar mengangguk sambil meringis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGA DEWANTARA | REVISI
Ficção AdolescenteCERITA INI BELUM DIREVISI *SEBUAH RODA KEHIDUPAN* Seandainya bunuh diri itu dihalalkan, mungkin Dewa sudah melakukannya. Dewa yang kehilangan keharmonisan keluarganya membuat dunianya gelap, sunyi dan mati. Hingga suatu saat dia di jodohkan dengan w...