Assalamualaikum
Udah siap lanjut..??Apapun lanjutannya
Wajib suka ya.
Jangan lupa tekan Bintang dibagian bawah
Ramaikan dengan Komen kalian.
Ajak orang lain mampir.
Hati-hati ada typo
SELAMAT MEMBACASetelah menempuh perjalanan cukup lama, akhirnya Dewa dan Dinar pun sampai di rumah pak Bima dan bu Bima orang tua Dinar.
Dewa mematikan mesin motor dan melepaskan helm. Saat berbalik badan, terlihat Dinar berjalan lebih dulu, Dewa berlari kecil dan mengejar Dinar.
"Hey... " Dinar pun berhenti dan menoleh ke sumber suara.
"Gue tau lo kangen orang tua tapi helmnya jangan ikut masuk rumah ya cantik." Ujar Dewa sambil membuka pengunci helm yang masih nyantol di kepala Dinar. Rupanya Dinar lupa melepaskan helmnya,
"Untung di rumah sendiri, coba kalau di tempat Umum, gue yang malu." ledek Dewa terbahak reflex Dinar menipuk lengan Dewa kesal.
"Udah ayok masuk." SAmbung Dewa yang masih menahan tawanya. "Padahal soal helm doang tapi gak bisa berhenti ketawa, Dasar!" Batin Dinar.
Sampai didepan pintu, Dinar menekan bell rumah. "Assalamualaikum mah pah."
"Wa'alaikumsalam." Suara bu Bima yang mendapati Dinar putri satu - satunya.
Dinar langsung merangkul mamahnya dengan erat, iya semenjak dia dan Dewa pindah rumah, mereka jarang berkunjung ke rumah orang tua karena sibuk.
Dewa menyalami Bu Bima dan pak Bima. Mereka mengajak anak dan mantunya untuk masuk. Kebetulan sekali mamah dan papah hendak makan malam, Dinar dan Dewa ikut duduk disana sambil berbincang.
"Oh ya mah ini cek, untuk melunasi kekurangan pembayaran rumah. " Dewa menyerahkan satu kertas kecil bertuliskan nominal 150.Juta.
"Dewa kamu ini apa-apaan, rumah itu kan hadiah mamah dan papah buat kamu." Bu Bima menolak.
"Nggak mah, hadiah buat Dewa udah cukup Dinar aja," jawaban Dewa membuat pak Bima dan bu Bima tersenyum. Dasar anak ini
"Iya sudah kalau, kamu maksa mamah terima ya." Bu Bima menyerah karena Dewa tidak terima penolakan.
"Mah, pah malam ini Dinar tidur disini ya?" Pinta Dinar nampaknya Dinar masih ingin disini.
Sedewasa apapun seorang anak, kalau sudah di dekat orang tuanya tetap saja anak.
"Kamu ijin dulu sama suamimu." Saut pak Bima lalu melirik ke Dewa.
"Dewa. boleh kan?" Dinar memegang pergelangan tangan Dewa.
"Tunggu." Pak Bima mengehentikan ucapan Dinar.
"Kamu memanggil suamimu dengan kata Dewa?" ujar Pak Bima heran.
"Iya pah." Saut Dinar meringis.
"Dia ini suamimu, masa kamu manggil Dewa, mas Dewa gitu napa?" jelas Bu Bima, pak Bima pun mengangguk setuju.
"Mas Dewa? geli sekali!" batin Dinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRGA DEWANTARA | REVISI
Novela JuvenilCERITA INI BELUM DIREVISI *SEBUAH RODA KEHIDUPAN* Seandainya bunuh diri itu dihalalkan, mungkin Dewa sudah melakukannya. Dewa yang kehilangan keharmonisan keluarganya membuat dunianya gelap, sunyi dan mati. Hingga suatu saat dia di jodohkan dengan w...