58.

1.5K 146 30
                                    

Padahal kemarin semua baik-baik saja.

Dia pernah bercita-cita ingin menjadi diseainer terkenal, tetapi harapan itu tak tercapai. Dia pergi meninggalkan kedua orangtuanya. Ayah dan Ibu yang kini kehilangan anak semata wayang.

Semua orang sudah pergi. Bahkan kedua orangtuanya terpaksa pergi setelah juga sama-sama menangis berjam-jam di samping batu nisan almarhumah anaknya. Kecuali satu orang yang masih berjongkok ditemani seseorang yang satu-satunya setia menemaninya di sana.

Mina tersenyum. Menahan semua emosi. Dia tak ingin Agnia melihatnya menangis. Sahabatnya pergi begitu cepat. Sahabatnya tak terbuka sama sekali ke siapa pun tentang masalahnya. Sahabatnya justru berakhir seperti ini. Meninggal karena berusaha menggugurkan kandungan yang ingin dia hilangkan karena rasa takut.

Agnia ditemukan tak sadarkan diri di dalam kamarnya. Di atas kasur. Di tangan yang tergeletak terdapat banyak obat yang belum sempat dia masukkan ke mulut. Sementara nyaris belasan kapsul sudah dia telat di satu jam sebelumnya.

Pada akhirnya, Agnia pergi. Meski dia tak ingin pergi.

Usahanya untuk menghilangkan janin di perut itu berakhir membuatnya ikut kehilangan nyawa.

Mina tersendat. Menangis lagi. Menyesal tak berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Satu-satunya yang harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini adalah Devan. Apa yang ditutupi Agnia di pipinya juga bukan bekas kena pintu, melainkan bekas pukulan yang membiru.

Pada akhirnya, kedua orangtua Agnia tak ingin memperpanjang karena terlalu sedih kehilangan. Mereka tak ingin kasus tentang Agnia melebar, menjadi desas-desus gosip yang membuat Agnia dihina sementara dia sudah tiada. Mereka hanya menunggu waktu yang akan membalas perbuatan Devan.

"Tante juga salah. Tante terlalu membebaskan Agnia. Tante terlalu sibuk. Tante terlalu lalai." Yang ada hanya tinggal penyesalan dan rasa kehilangan yang sangat menyakitkan.

Darga hanya diam di samping Mina, membiarkan cewek itu sampai memutuskan untuk pergi. Darga semakin punya alasan untuk tidak mengatakan apa yang Verner lakukan di belakang Mina. Mina sedang tidak baik-baik saja. Dia terus kehilangan secara beruntun.

Jika Mina tahu apa yang Verner lakukan, maka Mina akan sangat terpukul. Darga tahu Verner adalah satu kebahagiaan yang baru Mina rasakan beberapa bulan lalu.

Sumber kebahagiaan Mina yang lain telah pergi satu per satu.

"Lo bisa pulang." Mina menoleh dengan mata sembab.

"Sampai kapan lo di sini?" tanya Darga.

"Sampai gue lega." Mina tersenyum dan menghela napas pendek. "Gue ngerasa gagal jadi sahabat."

Darga menggerakkan tangannya ragu, lalu tangannya berhenti di pundak Mina. Dia tak bicara. Hanya menepuk pundak dua kali, lalu berhenti lama di sana sembari matanya tertuju pada nama lengkap Agnia di nisannya.

[]

Verner, Agnia ... Agnia meninggal.|

| sabar, ya

Verner, jemput aku, ya? |

| aku ada urusan sebentar. Maaf.

Verner, aku pengin ikut ke makam Agnia. Kamu di mana? |

| aku di rumah papa.

Verner|

| maaf banget, belakangan aku sibuk karena banyak tuntutan dari papa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 20 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang