Yang males vote dan komen pantatnya kerlap-kerlip
———
Adam memasuki rumah dengan membawa kantong plastik berisikan nasi uduk yang ia beli di depan jalan. Lelaki itu sudah memakai pakaian kerja dengan lengkap, lalu akan bersiap untuk berangkat kerja setelah sarapan.
Ia duduk pada sofa ruang tamu, sebab dapur yang tersedia di rumah ini hanya berupa mini kitchen set tanpa ada meja makan. Adam memisahkan satu bungkus nasi uduk yang dibelinya untuk Arin.
"Rin, gue udah beli sarapan ya. Jangan lupa dimakan dulu." Adam berteriak dari tempatnya, saat mendengar suara gemericik dari kamar mandi, pertanda wanita itu tengah berada di dalam sana.
Kamar mandi sendiri terletak di bawah tangga. Hanya ada satu kamar mandi di rumah ini, yang mana tidak terletak di dalam kamar masing-masing.
"Oke, Dam. Nanti gue makan." Arin balas berteriak, beriringan dengan suara gemiricik air yang digunakannya selagi mandi.
Adam melirik jam tangannya, masih jam setengah delapan, berarti waktunya masih panjang sehingga tidak perlu menghabiskan sarapannya dengan terburu. Jam masuk kantornya sendiri pukul 9 pagi, begitu pun juga dengan Arin.
Namun, Arin selalu bangun lebih siang dibandingkan Adam. Sementara Adam sudah rapi dengan pakaian kerjanya, Arin justru masih menghabiskan waktu di kamar mandi.
"Dam! Ini kok airnya mati? Gue lagi keramas nih!"
Teriakan Arin terdengar dari dalam kamar mandi, membuat lelaki itu menghentikan aktivitas sarapannya sejenak.
"Bentar, gue cek dulu." Adam beranjak untuk memeriksa meteran PAM yang ada di dekat dapur.
Adam menatap benda itu sejenak, yang terlihat baik-baik saja, tepatnya tidak ada kebocoran apa pun di sana. Tepatnya, ia juga tidak mengerti terkait urusan seperti ini.
"Gimana, Dam? Masih belom nyala." Suara Arin terdengar lagi.
"Gak tau, gue gak paham."
"Kok gitu? Terus gimana biar airnya nyala lagi?"
"Ya, mana gue tau. Emang gue tukang ledeng," sahut Adam yang sudah menyerah untuk mengutak-atik saluran air tersebut.
Tak lama, Arin keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe di tubuhnya. Rambut wanita itu terlihat masih dipenuhi busa, membuatnya sesekali menutup mata.
"Terus gue gimana ini, Dam? Itu westafel nyala gak?" tanya Arin seraya menunjuk westafel yang ada di dapur.
Adam memutar keran westafel, tapi tak juga mengeluarkan air. "Mati juga."
Arin semakin panik dan uring-uringan dengan nasib rambutnya, ia semakin heboh saat melihat waktu terus berjalan, yang mana semakin dekat dengan jam masuk kantornya.
Adam berusaha tenang untuk berpikir, hingga matanya menangkap sebuah dispenser yang ada di dekat kulkas.
"Pake air galon aja, Rin." Lelaki itu segera bergerak untuk membuka galon dari dispenser.
Arin mengembuskan napas lega, setidaknya ia bisa membilas rambut.
"Airnya tinggal setengah, galon yang satunya juga kosong," kata Adam memberitahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendhome
RomanceArin gak suka tinggal di apartemen, gara-gara kartu aksesnya sering hilang dan harus bayar denda setiap kali membuat laporan untuk pergantian kartu. Arin juga gak suka tinggal di kos-kosan. Sempit dan sumpek. Sebesar-besarnya kamar kos, tetap aja c...