"Wow! Tabungan lo banyak amat! Ini sih cukup buat kita berdua europe trip!"
Arin berseru heboh, saat diperlihatkan buku tabungan milik Adam yang dibuat khusus untuk menabung biaya pernikahannya dengan Nesya.
Adam duduk di sebelah Arin, pada sofa di ruang tamu rumah yang mereka tempati. Ia meletakan gelas berisi orange juice yang baru saja diisinya dari kulkas.
"Gak sekalian buat nonton Coachella?" kata Adam, menanggapi ucapan Arin.
"Yuk! Gue pengin banget nonton Coachella. Lo pinjemin gue duit lo dulu deh, Dam. Nanti bayarnya gue cicil tiap bulan." Arin merespon antusaias, yang disambut decakan Adam.
"Ya nggak beneran dong, Rin! Udah gila kali gue, kalo ngabisin duit segitu dalam semalam."
"Nggak semalam juga sih, Dam. Semalem mah baru perjalanan dari sini ke Amerika."
Adam mengambil buku tabungannya lagi dari tangan Arin, untuk kembali ia simpan dan akan digunakan saat membutuhkannya kelak.
"Jadi, kita mau liburan kemana?" tanya Arin.
"Siapa yang bilang mau liburan?"
"Gue lah! Masa lo punya duit sebanyak itu, terus abis putus, gak jadi nikah, gak ngerasa perlu liburan, gitu?" Arin menjabarkan kemalangan Adam secara beruntun dengan santai.
"Enggak sih."
"Adam ih! Gue perlu. Gue juga 'kan abis putus, gue mau liburan." Arin bergerak untuk mendekati Adam, berusaha untuk merayunya. "Yuk, Dam. Liburan yuk? Weekend aja deh. Lumayan sabtu minggu kita healing healing melihat hamparan laut atau pegunungan yang sejuk."
Arin berpikir sejenak, lalu mengabsen satu persatu destinasi wisata yang masih memungkinkan untuk mereka kunjungi. "Lo mau ke mana? Bandung, Jogja, Malang, Bali, Lombok, Labuan Bajo, atau Raja Ampat?"
"Ngapain ke Raja Ampat sabtu minggu doang, Rin!"
"Oh, yaudah. Seminggu aja berarti ya?"
"Gue gak punya cuti, kan baru masuk kantor baru." Adam berusaha berkelit. "Bandung aja deh, yang deket."
"Apaan! Ngapain ke Bandung, gak ada apa-apa! Lo mau main ke rumah gue?" kata Arin, mengingatkan bahwa rumah orang tuanya berada di Bandung.
"Yaudah Jogja."
"Kemurahan, Dam! Nanti sisa uang lo masih banyak."
"Lo ngapain ngasih opsi, kalo semua dibantah! Lo maunya kita ke mana?" Adam yang gregat akhirnya bertanya demikian, karena semua pilihannya pasti akan disanggah oleh Arin, jika wanita itu tak menginginkannya.
"Bali aja!" kata Arin bersemangat. "Kita berangkat jumat sore, nanti pulangnya minggu malam. Bisa kaan?"
"Nanti deh gue pikirin dulu."
"Ngapain dipikirin sih? Gue pesen tiketnya sekarang!" Arin mengeluarkan ponselnya, lalu ia merebahkan tubuhnya di sofa, dengan menjadikan paha Adam sebagai bantalan tidurnya.
Adam berdecak pelan melihat tingkah Arin, lalu membiarkan wanita itu merangkai liburan singkat mereka sesuknya.
Adam mengambil buku tabungannya, lalu melihat saldo terakhir yang baru saja dicetaknya tadi siang, lantaran ia berencana untuk memindahkan saldo tersebut ke rekeningnya yang lain. Rekening ini ia buat khusus untuk tabungan nikahnya bersama Nesya, ia bahkan memilih jenis rekening dengan fitur perbankan yang paling sedikit, agar uangnya tak bisa di utak-atik.
Namun, semuanya sudah berakhir kan? Untuk saat ini, mungkin sebaiknya uang ini bisa ia gunakan untuk investasi jangka panjang, karena belum berniat untuk menggunakannya dalam waktu dekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendhome
RomanceArin gak suka tinggal di apartemen, gara-gara kartu aksesnya sering hilang dan harus bayar denda setiap kali membuat laporan untuk pergantian kartu. Arin juga gak suka tinggal di kos-kosan. Sempit dan sumpek. Sebesar-besarnya kamar kos, tetap aja c...