Maaf yaa gak jadi post semalem, karena aku ketiduran.
Happy reading
_______
Suasana kafe pukul tujuh malam di hari kerja tampak tidak terlalu ramai. Sebuah panggung yang biasa dijadikan live musik pada akhir pekan, saat itu hanya terlihat beberapa alat musik yang dibiarkan menganggur begitu saja.
Tak banyak meja yang terisi pengunjung, yang mana masih bisa dihitung jari jika memang serajin itu.
Sayangnya, tentu saja Arin tidak serajin itu. Alih-alih memedulikan suasana kafe yang tidak ramai, wanita itu memilih untuk membaca buku menu selagi menunggu Bian datang, sesuai dengan janji temu mereka malam ini.
"Nyampe dari tadi?"
Sebuah suara terdengar dari hadapannya, dilihatnya Bian yang baru datang dan sudah menempati kursi di seberangnya.
Mereka datang secara terpisah, tentu saja karena Bian yang masih marah karena perkara beberapa hari yang lalu.
"Belum lama sih," jawab Arin, menanggapi pertanyan Bian. "Kamu mau pesen apa?" tanya Arin.
"Samain aja."
Arin menoleh pada seorang pelayan yang tengah menunggu pesanannya.
"Fish n chips dua –"
"Aku gak makan ikan." Bian menyela ucapan Arin.
"Oke, kamu pilih sendiri deh." Arin menyodorkan buku menu pada Bian, sementara dirinya melanjutkan pesanannya pada pelayan yang masih berdiri di samping meja.
Bian berdecak pelan, seraya menyambut buku tersebut. Lalu ia menyebutkan pesanannya sendiri
"Kamu tau makanan kesukaan Adam?"
Arin terkesiap saat mendengar pertanyaan Bian, sesaat setelah pelayan tadi berlalu.
"Kenapa bahas Adam lagi?"
"Nanya aja."
Arin mendengus pelan, ini pasti perkara pesan makanan tadi, karena Arin tidak mengetahui perihal Bian yang tidak makan ikan. Ia tak menyangka Bian akan mempermasalahkan hal-hal kecil semacam itu.
"Iya. Aku tau makanan dan minuman kesukaan Adam, film favoritnya, lagu yang dia suka, aku juga tau jenis bensin dan oli yang biasa Adam pake buat motornya. Kamu mau tau apa lagi?"
Bian menatap Arin takjub, tak menyangka dengan jawaban wanita itu yang malah membeberkan hal-hal tentang temannya itu dengan gamblang.
"Aku gak tau kamu gak makan ikan, karena kita pacaran belum ada dua bulan. Meski kita saling kenal dari SMA, tapi 'kan gak pernah deket. Sedangkan aku kenal Adam udah lebih dari lima tahun!" Arin menegaskan tentang ucapannya tadi, saat melihat reaksi Bian yang sudah tidak enak.
Bian tersenyum masam, melihat Arin yang malah lebih galak darinya. "Oke."
Tak lama minuman pesanan mereka datang terlebih dahulu, membuat nuansa panas di antara mereka teredam sejenak.
Arin menyeruput minumannya. Malam ini, seharunya ia bicara dengan Bian terkait masalah kemarin, yang mana mengakui kesalahannya dan menjelaskan pada Bian terkait Adam. Namun, saat Bian malah membuka dengan memancingnya, membuatnya agak kesal dengan sikap lelaki itu.
Arin menarik napas sejenak, berusaha menjernihkan pikirannya.
"Maafin aku," ucap Arin kemudian. "I'm really sorry. Maaf karena gak cerita soal Adam ke kamu, maaf juga harus bohongin kamu, aku tau itu salah banget dan semua pembelaanku gak akan bisa jadi pembenaran apa pun. Maaf juga karena aku bentak-bentak kamu kemarin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendhome
Storie d'amoreArin gak suka tinggal di apartemen, gara-gara kartu aksesnya sering hilang dan harus bayar denda setiap kali membuat laporan untuk pergantian kartu. Arin juga gak suka tinggal di kos-kosan. Sempit dan sumpek. Sebesar-besarnya kamar kos, tetap aja c...