Part 33

105K 8.3K 1.2K
                                    

Mereka pun kembali suwit, lalu Arin kembali kalah. Hingga ia memilih untuk dare lagi.

"Telpon bokap lo deh, bilang kalo lo hamil."

"APA-APAAN!" Arin seketika melotot. "Yang ada bokap gue langsung nyusul ke sini, dan gak percaya kalo itu cuma dare."

"Yaudah, kakak lo aja."

Arin berusaha menimbang, lalu mengangguk. "Yaudah, gue telpon Kak Ilham nih."

Adam mengangguk. Ilham adalah kakak Arin yang ketiga, yang umurnya hanya selisih tiga tahun dari Arin. Seingat Adam, kakak Arin yang ketiga itu mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi abdi negara.

"Speaker dong," kata Adam, saat telepon sudah mulai terhubung.

Arin menuruti ucapan Adam, lalu mengaktifkan speaker pada ponselnya.

Tak sampai nada dering ke tiga, sang kakak sudah mengangkat teleponnya.

"Kenapa, Rin?" Suara kakaknya sudah terdengar di ujung sana.

"Halo, Kak Ilham." Arin berusaha bersikap biasa, tapi terdengar gugup.

"Iya, kenapa?"

"Kak Ilham lagi dimana?" tanya Arin, berbasa-basi.

"Di asrama. Emang kenapa? Kamu lagi di Bali, kan?"

Ilham tentu mengetahui Arin sedang di Bali, dari instagram story yang diposting Arin setiap saat.

"Iya, Kak. Aku lagi di Bali. Jadi gini..."

"Kamu ada masalah?"

Adam melihat ekspresi Arin yang mulai panik, karena mendengar suara kakaknya yang tampak serius.

"Kak ... aku ... itu, uhm ...gimana ya?" Arin tampak bingung untuk mengatakannya. "Kakak janji jangan marah ya, jangan bilang ke Papa Mama juga."

"Kamu hamil?" Ilham langsung menembak pertanyaan tersebut.

Adam melotot, tak percaya kakak Arin sudah menebaknya lebih dulu.

"Kayaknya iya, tapi-"

"Sama siapa?" Suara Ilham seketika berubah menjadi lebih keras, karena terbawa emosi.

Arin menatap Adam, yang dibalas lelaki itu dengan mengangkat bahu.

"Sama Adam, Kak."

"Heh!" Adam seketika berteriak panik. "Kak, bohong!" teriak Adam, berusaha agar terdengar di ponsel Arin.

"Beneran, Kak. Aku tuh terakhir main sama Adam karena lagi gak punya pacar." Arin meloncat dari tempat tidur, berusaha menjauh dari Adam yang mengejarnya.

"Bohong, Kak! Sumpah, saya gak ngapa-ngapain."

"Kakak tau kan, sekarang aku tinggal bareng Adam. Aku gak tau kenapa Adam jadi kayak gitu." Arin masih terus menghindar, lalu kembali berlari ke kasur.

Adam berusaha mengejarnya, hingga berhasil menangkap Arin yang membuatnya kini malah mengurung tubuh Arin di tempat tidur.

Arin yang terkejut pun terdiam, sosok Adam kini tepat berada di atas tubuhnya yang membuat Arin seketika menelan ludahnya yang terasa kasar.

Sementara hal itu dimanfaatkan Adam dengan mengambil ponsel milik wanita itu. Lalu Adam buru-buru bangkit dan berusaha berbicara pada kakaknya Arin.

Arin bangkit dari posisinya, lalu memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dengan keberadaan Adam. Wanita itu berusaha mengatur napasnya demi menetralisir kondisi jantungnya - serta sesuatu yang lain dalam dirinya - agar tidak terbawa suasana.

FriendhomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang