Sebelum membaca part ini, sebaiknya membaca extend part yang ada di karya karsa ya
Tapi kalo emang nggak mau baca yang di sana, yaudah nggak papa. Di part ini kalian bisa menyimpulkan kok apa yg terjadi.
***
Liburan telah usai.
Adam kembali menjalani rutinitas harian seperti sebelumnya. Pukul setengah delapan, ia sudah siap untuk berangkat kerja. Namun, ia belum melihat tanda-tanda Arin sudah keluar dari kamarnya. Biasanya jam segini Arin baru selesai mandi.
Tak langsung berangkat kerja, Adam berjalan terlebih dahulu menuju pintu kamar Arin.
Ia mengetuk pintu kamar itu, seraya memanggil Arin.
"Arin, lo udah bangun?"
Tidak ada jawaban.
Adam mengetuk pintu sekali lagi.
"Rin?" panggilnya.
"Hmm ... buka aja, nggak dikunci." Arin balas berseru dari dalam, dengan suara serak khas bangun tidur.
Adam mendorong kenop pintu kamar wanita itu, lalu mendapati Arin masih berbaring di tempat tidurnya. Sepertinya Arin masih kelelahan karena mereka sampai di rumah nyaris tengah malam.
"Rin, udah mau jam delapan. Lo nggak kerja?" tanya Adam, seraya memasuki kamar tersebut.
Arin mengerjapkan matanya, lalu menggeliat pelan seraya menatap sosok Adam yang sudah rapih dengan pakaian kerjanya.
"Gue izin sakit."
"Lo sakit?" tanya Adam khawatir. Tangannya segera menggapai kening Arin, untuk memeriksa suhu tubuh Arin.
Arin menggeleng.
"Capek. Gue mager, pengen tidur seharian. Kalo cuti sayang, jadi izin sakit aja."
Adam berdecak pelan, lalu mengangkat tangannya dari wajah Arin.
"Oh ... yaudah, gue mau berangkat," kata Adam.
Lalu Adam melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Arin.
"Daah, Adam!"
Adam menahan tangannya yang hendak menutup pintu. Sialan! Ia malah tertegun menyaksikan sosok Arin yang melambaikan tangan dengan wajah polos khas bangun tidur.
Adam buru-buru tersadar, lalu balas tersenyum pelan pada Arin.
"Kunci pintunya kalo mau tidur lagi, Rin."
"Iya-iya."
Adam baru akan menutup pintu, saat kembali teringat sesuatu.
"Oh iya. Gue udah beli sarapan, ada di dapur ya."
"Thank you, Dam. Nanti gue makan, mau lanjut tidur dulu."
Adam akhirnya menutup pintu tersebut, lalu berjalan keluar rumah untuk berangkat ke kantor.
***
Sepuluh menit sebelum jam makan siang, Adam menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja yang ia tempati. Laptopnya hanya menampilkan lembar kerja yang baru ia selesaikan.
Adam tengah memainkan ponselnya sembari menunggu jam makan siang tiba. Di sekelilingnya, teman-temannya juga sedang sibuk membahas menu makan siang ini.
Tidak ada pesan masuk di whatsapp-nya, selain untuk urusan pekerjaan.
Adam membuka ruang obrolannya dengan Arin. Pesan terakhirnya belum dibaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendhome
RomanceArin gak suka tinggal di apartemen, gara-gara kartu aksesnya sering hilang dan harus bayar denda setiap kali membuat laporan untuk pergantian kartu. Arin juga gak suka tinggal di kos-kosan. Sempit dan sumpek. Sebesar-besarnya kamar kos, tetap aja c...