Part 6

111K 8.9K 595
                                    

Lima tahun menjalani sebuah hubungan bukanlah waktu yang sebentar. Ada banyak proses dan tahapan yang dilalui, hingga membuatnya masih bertahan di tahap ini. Tahap memupuk sabar tiada akhir demi mennggapai satu tujuan bersama, tahap memahami hingga sampai pada ambang batasnya, juga tahap untuk menggantungkan harapnya sekali lagi pada sosok yang bersamanya selama ini.

Nesya menutup worksheet excel yang menampilkan rincian biaya pernikahan, yang juga memuat pilihan berbagai macam vendor yang akan ia pertimbangkan untuk menjalin kerja sama, demi menyelenggarakan acara pernikahannya.

Gedung, decoration, wardrobe, katering, pre-wedding, lamaran, hantaran seserahan, dan masih banyak lagi keperluan lainnya yang ada dalam list tersebut. Setiap minggu, Nesya akan memberikan update pada Adam, sebab setiap hari wanita itu selalu mencari segala macam kemungkinan demi memangkas budget.

Nesya membuka whatsapp web di laptopnya, lalu mengirimkan worksheet terbaru yang barusan ia update pada Adam.

Nesya : Send you a file.

Nesya : Aku baru update total tabungan kita bulan ini, terus ada juga pilihan vendor baru buat katering yang harganya oke.

Nesya : Aku juga masukin daftar perumahan baru di daerah Bintaro, Serpong, dan Depok. Ada juga update harga rumah sewa, apartemen, dan kosan yang family friendly.

Nesya : Minggu ini kita bahas dan ambil keputusan ya, Sayang. Jadinya mau tinggal di mana setelah nikah nanti, biar perhitungannya bisa lebih tersusun.

Adam : Oke, Sayang. Aku cek abis jam istirahat ya.

Adam : Thank you buat update-nya.

Adam : Kamu udah selesai makan siang?

"Buset, mau nikah udah kayak ngerjain proyek. Di update dan evaluasi setiap hari."

Sebuah suara membuat Nesya buru-buru menutup laman whatsapp web yang sebelumnya terpampang jelas di layar laptopnya. Wanita itu seketika menoleh pada sosok yang muncul dari belakangnya.

Sifa duduk di kursi sebelahnya, seraya membuka kotak salad yang tadi dibawanya.

"Gak sopan baca-baca chat orang, tau!" cibir Neysa, mengomentari kebiasaan rekan kerjanya itu.

"Gak sengaja, namanya lo buka di web gitu." Sifa berkelit dengan alasannya, agar Nesya tidak memasang wajah bete. "Anak HRD ada yang jualan, enak nih. Lo mau coba gak?" Wanita itu menunjuk salad buah yang sedang dimakannya, lalu menawarkan Nesya.

Nesya menggeleng. "Thanks, gak deh. Gue lagi gak mood makan."

"Kayaknya lo sering banget gak mood makan. Dibawa enjoy dong, Sya. Kasian sama fisik lo juga kalo terlalu stres ngurusin nikah."

"Gak tau deh, pusing. Gue tiap hari ditanyain terus sama bokap, harus tahun ini, gak boleh sampe tahun depan karena kelamaan. Sedangkan rencana matengnya aja masih belom ada 50%." Nesya menjatuhkan kepalanya pada meja kerja, merasakan kepalanya nyaris pecah memikirkan segala hal ini.

"Apa lagi sih yang kurang?"

Nesya mengangkat kepalanya lagi, duduk tegak seperti sebelumnya. "Budget lah! Adam tuh baru mulai nabung beberapa bulan ini, itu pun setelah gue geretak buat bener-bener serius, jangan cuma iya-iya doang. Sedangkan gue udah mulai nabung dari kapan tau, jomplang banget asli."

"Terus, tabungan lo digabungin sama Adam, masih kurang juga?"

"Masih kurang banget, tabungan Adam tuh masih dikit."

"Sya, lo yakin sama Adam? Nanti lo jadi nikah, tapi abis nikah malah makin stres loh. Ekonomi itu jadi alasan terbesar keretakan rumah tangga, tau!"

"Gue baru mau nikah, kenapa yang dibahas malah faktor keretakan rumah tangga sih?"

FriendhomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang