Baca chat Adam Arin pas mereka baru kenal beberapa bulan di instagram : warhilstory
Mau upload foto di sini susah bgt
***
Pesawat keberangkatan dari Jakarta menuju Denpasar yang ditumpangi Adam dan Arin pun lepas landas, dengan mereka berdua yang sudah duduk di salah satu kursi di kelas bisnis yang dipesan oleh Arin.
Adam sempat memprotes karena tidak tahu menahu tentang pemesanan tiket pesawat ini, kenapa penerbangan yang hanya memakan waktu kurang dari dua jam saja harus kelas bisnis segala, yang mana perbedaan harganya juga lumayan.
"Gue udah hitung semuanya! Duit lo masih sisa banyak banget!"
Begitu kata Arin, saat Adam terkejut memprotes tentang masalah ini.
"Pulangnya gue pesen yang ekonomi kok, Dam!" kata Arin, yang melihat wajah Adam masih tampak memperhitungkan pengeluarannya ini. "Gue 'kan mikirnya kita pulang kerja pasti capek, masa mau duduk di bangku ekonomi yang tegak dan sempit itu. Nanti punggung kita pegel-pegel, yang ada jauh-jauh ke Bali kita malah pijet-pijetan."
Adam akhirnya tersenyum pelan, menanggapi Arin yang kini tampak merasa bersalah. "Iyaa iyaa, gue cuma kaget aja, abis lo nggak bilang apa-apa juga sebelumnya."
"Yaudah, tidur yuk. Sayang nih kursinya udah empuk, enak buat tidur." Arin pun menggeserkan tubuhnya untuk mendekat ke arah Adam.
Adam hanya mengangguk dan membiarkan Arin terlelap seraya bersandar di bahunya.
Adam tidak terlalu mengantuk, sehingga ia memilih untuk memutar film yang ada pada monitor di depan kursinya. Suara bising pesawat terus menemani perjalanan mereka, yang beruntung mampu diredam dengan suara film dari earphone yang terpasang di telinganya.
Tubuh Arin tampak bergerak, dengan tangannya yang kini semakin memeluk lengan Adam.
Adam menoleh ke sampingnya, lalu melihat sosok Arin yang masih terpejam dengan menggunakan blouse kerjanya. Ia berdecak pelan, saat menyadari ia lupa membawakan jaket untuk Arin.
Adam pun berusaha melepaskan jaketnya, dengan menggeser pelan sosok Arin yang menempel di sebelahnya, hingga membuat Arin terbangun.
"Kenapa?" tanya Arin bingung, dengan matanya yang masih setengah terbuka.
"Pake jaket gue nih."
Adam yang melihat Arin masih setengah sadar dan belum memahami ucapannya, langsung bergerak untuk memakaikan jaketnya di tubuh Arin secara terbalik, yang mana bagian belakangnya dipasangkan menghadap depan.
Setelah menyadari maksud Adam, Arin pun kembali menyandarkan kepalanya di bahu Adam.
"Thank you, Dam," gumam Arin dengan suaranya yang terdengar serak.
Adam tak membalasnya, ia membiarkan Arin kembali terlelap.
Namun, fokus Adam kini sudah tak lagi pada film yang berputar di hadapannya. Ia justru malah sibuk menatap Arin yang tengah terlelap di sampingnya. Entah sejak kapan, ia menyukai sosok Arin yang tengah tertidur seperti ini.
Wajah Arin yang terlihat tenang, hembusan napasnya yang halus, serta beberapa anak rambut yang tampak berantakan karena sesekali bergesek dengan kursi di belakangnya setiap kali sosok itu bergerak.
Adam segera memalingkan wajahnya, saat menyadari perasaannya tengah melewati batas.
***
Bangunan berupa rumah minimalis berderet di kawasan Uluwatu, menjadi tempat mereka bermalam selama dua hari di Bali. Kawasan yang terkenal dengan keindahan pantainya yang berada di sepanjang jalan, juga lokasinya yang tak terlalu jauh dari pusat kota, menjadi pilihan Arin saat mencari villa yang cocok dengan budget yang disebutkan Adam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendhome
RomanceArin gak suka tinggal di apartemen, gara-gara kartu aksesnya sering hilang dan harus bayar denda setiap kali membuat laporan untuk pergantian kartu. Arin juga gak suka tinggal di kos-kosan. Sempit dan sumpek. Sebesar-besarnya kamar kos, tetap aja c...