Part 19

92.9K 8.7K 666
                                    

Bian memasuki kafe shisha yang berada di bilangan Jakarta Selatan. Lelaki itu terdiam sejenak, mencari meja yang berisi teman-temannya. Saat mendapati seorang temannya melambaikan tangan, seolah memberi tanda padanya, Bian pun melangkah menuju meja tersebut.

"Katanya sibuk sama cewek lo. Gak jadi?" ledek Kelvin, saat melihat kedatangan temannya ke tempat ini.

Sore tadi, Kelvin sudah mengajak Bian untuk nongkrong di kafe ini, tapi lelaki itu menolak dengan alasan ada acara dengan pacarnya. Ternyata, belum sampai tengah malam, Bian sudah bergabung dengan mereka.

"Dianya yang lagi sibuk."

Kelvin hanya mengangkat bahunya, tak mau pusing atau meladeni wajah keruh Bian lantaran rencana kencannya yang batal.

Bian hanya duduk bersandar di sofa yang tersedia, tanpa bergabung menikmati shisha yang aromanya tercium jelas olehnya.

Ia memilih berselancar di media sosial, memeriksa sebuah akun yang membuatnya penasaran.

"Ngapain lo stalking cowok?"

Sebuah suara di sampingnya, membuat Bian menoleh. Theo, salah satu teman tongkrongannya yang jarang ikut kumpul, kini tengah bergabung dengan mereka.

"Pengen tau aja, sepupu cewek gue kayak apa," sahut Bian, yang ponselnya kini tengah menampilkan profile instagram Adam.

"Adam, ya? Lo pacaran sama sepupu dia?"

"Lo kenal?"

Theo mengangguk. "Temen kantor gue, tapi dia udah keluar sih beberapa minggu yang lalu."

Bian melanjutkan untuk mengecek setiap postingan di akun Adam. Ia pun menemukan beberapa foto Arin terpajang di feeds akun lelaki itu.

"Cewek lo Arin?" Suara Theo kembali terdengar.

"Lo gabut ya? Sampe liatin gue main hape!" Bian tampak risih, karena Theo yang memantau aktivitasnya memainkan ponsel.

Theo tertawa pelan. Tak mengindahkan ucapan Bian, lelaki itu pun membalas dengan hal lain. "Itu mah bukan sepupu Adam, mereka temenan doang."

Bian kini sepenuhnya menoleh pada Theo. "Kok lo tau?"

"Anak sekantor juga tau, Arin temennya Adam. Kita satu gedung kantor, terus banyak yang naksir Arin, jadi sering minta deketin sama Adam karena mereka akrab banget."

"Jadi mereka gak sepupuan?" Bian memastikan.

"Setau gue sih enggak. Kenapa, sih?"

Bian berdecak, jadi selama ini Arin membohonginya? Bagaimana bisa wanita itu tinggal dengan lelaki yang katanya temannya itu? Kenapa mereka bisa tinggal bersama?

"Yan, woy!" Theo menyenggol sikut Bian.

"Oh, gak papa." Bian berusaha menutupi masalahnya, enggan untuk bercerita pada teman-temannya itu.

***

Sinar matahari pagi menyorot ke wajahnya, membuat mata Arin terasa silau hingga sukses membangunkannya dari tidur.

Arin berusaha menutupi mata dengan tangan, sebelum kelopak mata itu terbuka. Ia perlu berpikir beberapa detik, saat ini dirinya terbangun di tempat tidur siapa. Sebab kamarnya tidak pernah menyorotkan sinar matahari pagi seterik ini.

FriendhomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang