Pengumuman target komen dari atas nih, biar kebaca. Demi kebaikan bersama agar cepet update, ya kaan?
3k komen for next!
***
Adam keluar dari kamar mandi, lalu mendapati Arin yang masih berbaring di sofa. Saat ia hendak berjalan menuju tangga, Adam baru menyadari bahwa mata Arin kini sudah terpejam, pertanda bahwa ia tertidur. Ponselnya sudah tergeletak di sebelah wanita itu, dengan masih menampilkan profil instagram terkait rekomendasi wisata di Bali.
Adam berdecak pelan, seraya berjalan menuju sofa tempat Arin tertidur. Arin pasti kelelahan setelah seharian ini ia mengeluh sedang banyak kerjaan, tapi wanita itu justru tampak bersemangat untuk mengatur rencana liburan mereka. Jika Arin dibiarkan tidur di sofa, yang ada keesokan paginya, tubuh Arin akan pegal-pegal.
"Rin! Bangun, Rin!" Adam menepuk pelan bahu Arin, berusaha membangunkan sahabatnya itu.
"Hmm." Arin menyahut pelan, tapi masih tetap terlelap.
"Arin," panggil Adam lagi, kali ini berusaha mengguncang bahu Arin.
Arin tak menyahut, ia justru malah bergerak untuk mengubah posisinya jadi menyamping ke arah kanan, membuatnya kini menghadap ke arah Adam.
Adam terdiam beberapa saat, mengamati sosok Arin yang kini masih memejamkan matanya. Wajah Arin yang sudah disapu make up remover saat pulang kerja tadi kini terlihat polos. Wanita itu tampak tenang, disertai suara napasnya yang teratur. Ia tidak heran, jika banyak lelaki yang menyukai Arin, lantaran sahabatnya itu memang memiliki perpaduan wajah dan bentuk tubuh yang sangat menarik untuk kaum lelaki. Adam juga tak mengelak hal tersebut, bahkan sejak kali pertama melihat sosok Arin, ia sangat menyadari bahwa Arin memang secantik ini.
Ia justru heran, mengapa Arin selalu gagal dalam hubungan asmaranya yang tidak pernah berlangsung lama. Banyak lelaki yang menyukai Arin, hanya sekadar memenuhi rasa penasarannya saja.
Rambut Arin yang tergerai, kini telihat menjatuhi wajahnya, hingga menempel ke dekat bibir Arin.
Tangan Adam pun kini bergerak untuk menyelipkan rambut Arin ke belakang telinga, agar tidak menempel ke bibirnya. Menyadari Arin yang sudah sulit untuk dibangunkan, Adam pun memutuskan untuk menggendong tubuh itu dan memindahkannya ke kamar.
Mata Arin masih terpejam, saat Adam menjatuhkan tubuh wanita itu ke atas tempat tidurnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh Arin, lalu menyalakan pendingin ruangan di kamar itu, karena tahu Arin tak suka kepanasan,
Setelah itu, Adam pun keluar dari kamar Arin dan bergegas kembali ke kamarnya.
Saat pintu kamarnya sudah tertutup kembali, hingga membuat sosok Adam sudah menghilang dari sana, saat itu lah Arin perlahan membuka matanya yang semula terpejam. Arin tersenyum pelan, lalu menarik guling yang berada di sampingnya untuk dipeluknya, lalu kembali memejamkan matanya.
***
Hari keberangkatan mereka ke Bali pun tiba.
Adam sudah pulang on time dari kantornya, lantaran belum melakukan packing karena ia pikir barang bawaannya tidak terlalu banyak. Toh, mereka hanya berlibur dua hari, yang mana hari minggu malam sudah kembali lagi ke Jakarta.
Arin masih belum pulang, pesannya juga belum di balas oleh wanita itu. Arin mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya, hingga membuatnya tak bisa pulang cepat.
Pukul enam sore, pesan dari Arin baru saja masuk dan mengabari bahwa wanita itu tengah dalam perjalanan untuk langsung menuju ke Bandara, lantaran ia baru pulang meeting dari kawasan Cikampek. Arin tak akan keburu untuk pulang ke rumah terlebih dahulu, sementara wanita itu belum melakukan packing sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendhome
RomantikArin gak suka tinggal di apartemen, gara-gara kartu aksesnya sering hilang dan harus bayar denda setiap kali membuat laporan untuk pergantian kartu. Arin juga gak suka tinggal di kos-kosan. Sempit dan sumpek. Sebesar-besarnya kamar kos, tetap aja c...