Part 35

93.1K 7.6K 377
                                    

"Adaam! Tungguin! Bareng doongg!"

Arin berjalan tergesa sambil memakai sepatunya, demi mengejar Adam yang terlihat sudah akan berangkat kerja.

Adam yang sudah berjalan mencapai pintu pun menoleh, lalu menyaksikan Arin yang kerepotan dengan tas, blazer, totebag, hingga sepatunya.

"Lo tumben mau berangkat pagi?" tanya Adam, yang tak biasa melihat Arin sudah mau berangkat kerja.

"Mau ada meeting deket kantor lo, makanya mau ikut. Proyeknya gede, nanti gue bisa dirujak sama Bu Nita kalo sampe telat."

Adam mengambil alih beberapa barang bawaan Arin, yang membuat wanita itu terlihat kerepotan.

Arin akhirnya bisa berjalan dengan santai sambil menggunakan blazernya, selagi barang-barangnya dibawakan Adam.

"Sini, Dam. Udah," kata Arin, seraya meminta barang-barangnya kembali.

"Pake helm dulu nih." Adam menyodorkan helm pada Arin.

Setelah menggunakan helmnya, Arin membawa barang-barangnya sendiri, lalu naik ke boncengan motor Adam.

Motor Adam mulai menyusuri kawasan pemukiman warga hingga sampai di jalan besar dan berbaur dengan kendaraan lainnya.

Asap kendaraan, suara klakson, derap langkah pejalan kaki, hingga berbagai kegiatan mewarnai rutinitas pagi yang selalu sibuk di kota ini. Lampu lalu lintas yang menampilkan warna merah, membuat jalanan dipadati tumpukan kendaraan yang menanti lampu tersebut berubah warna. Saat warna lampu tersebut berubah menjadi kuning, sahut-sahutan klakson sudah tak mampu dihindari.

"Dam! Lo tadi beli sarapan gak, sih?" Arin memajukan wajahnya, agar Adam dapat mendengar suaranya di tengah kekacauan lalu lintas pagi di Jakarta ini.

"Enggak. Niatnya mau makan di kantor aja."

"Oh ... kirain beli, takutnya gue lupa bawa." Arin menghembuskan napas lega. "Yaudah, nanti cari sarapan dulu aja di deket sana. Pengen ketupat sayur, Dam!"

"Lo nggak telat kalo makan dulu?"

Arin melirik jam tangannya. "Nggak sih. Emang lo telat?"

"Nggak juga. Yaudah, di belakang kantor gue kayaknya kalo pagi banyak yang jualan."

Motor Adam pun melipir sejenak di area belakang gedung kantornya, yang terdapat banyak pedagang makanan. Dari mulai bubur ayam, nasi ulam, lontong, hingga aneka gorengan mendominasi makanan yang ada di sana.

Arin tak menemukan ketupat sayur yang diinginkannya, tapi ia menemukan lontong sayur sebagai penggantinya, yang mana tak jauh berbeda.

Sementara Adam memilih untuk makan bubur ayam. Sebuah meja panjang membentang di dekat gerobak bubur yang dipesan Adam. Mereka pun duduk di bangku plastik yang tersedia.

"Ini lo mau meeting di mana, Rin?" tanya Adam.

"Di Sequis. Lo masuk jam berapa, Dam? Kalo lo udah telat, gue naik gojek aja nanti dari sini."

"Setengah jam lagi, keburu sih anter lo dulu."

"Dam, cobain ini deh. Enak loh." Arin berseru antusias, seraya menyodorkan sendok berisi lontong sayur agar Adam mencobanya juga.

Adam menyambut suapan Arin, lalu mengangguk setuju dengan ucapan wanita itu.

"Iya, besok gue sarapan ini deh."

"Yah, gue gak dibeliin sarapan dong, kalo lo nyarap di sini."

"Nanti gue gosend ke kantor lo."

Arin tersenyum cerah mendengar ucapan Adam.

FriendhomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang