Udara pagi ini sungguh menusuk kulit. Membuat wanita cantik yang sedang bergelut dengan selimut tebal bermotif bunga mawar di kamar apartemennya tersebut kian membenamkan diri. Sebenarnya ia sudah terbangun sedari subuh. Hanya saja masih malas melakukan kegiatan apapun. Selepas sholat dirinya kembali masuk kedalam selimut.
"Baru jam 6." ucap Clarissa setelah melirik jam dinding yang berada tepat di dinding samping kiri tempat tidurnya.
Tak lama setelah itu handphonenya berdering. Clarissa yang sebenarnya masih malas beranjak terpaksa bangun untuk meraih handphone di nakas samping kanan tempat tidurnya.
"Gimana Suf...??!" Jawab Clarissa setelah tahu yang menghubungi dirinya adalah asistennya.
"Selamat pagi Miss, mohon maaf saya mengganggu pagi-pagi." Ucap Yusuf mengawali percakapannya.
"Iya nggak apa-apa. Ada apa???" Tanya Clarissa lagi.
"Barusan pak Raka menghubungi saya, bahwasanya beliau ingin mengadakan meeting jam 10. Pembahasan perkembangan pembangunan mall." Jawab Yusuf. Seharusnya hal seperti ini bisa dibicarakan di kantor.
"Mendadak banget. Minta Nessa yang hadir aja gimana??? Hari ini di jam 10 kan saya udah ada janji sama pak Pramono."
"Saya sudah menghubungi bu Nessa Miss barusan. Bu Nessa bilang kalau beliau yang akan bertemu dengan pak Pramono dengan Intan. Jadi nanti pertemuan dengan pak Rakka, anda akan datang bersama saya Miss." Jelas Yusuf dengan sangat berhati-hati karena tahu hal seperti ini akan sangat sensitif untuk Clarissa. Maka dari itu Yusuf lebih memilih memberitahukan hal ini secepatnya. Takut bila Clarissa diberitahu di kantor dan membuat dirinya malah uring-uringan seharian. Walaupun Clarissa jarang sekali memarahi bawahannya, tetap saja bawahannya lebih memilih menjaga emosi bos mereka.
"Ya udah nanti atur aja." Jawab Clarissa akhirnya mengalah.
"Oh iya Suf, bisa minta tolong buatkan janji dengan dokter Rianty....??!"
"Baik Miss, untuk hari apa...????"
"Ikut jadwal dokter Rianty aja."
"Baik Miss."
"Nessa jangan sampai tahu yaa, kamu atur aja sama jadwal saya." Pinta Clarissa.
"Baik Miss."
"Terimakasih yaa, kalau begitu saya tutup telfonnya."
Dokter Rianty adalah psikolog yang dulu menangani dirinya sewaktu mengalami trauma atas perbuatan kejam papanya. Walaupun Clarissa sudah lama tidak menemui dokter yang dulu Nessa rekomendasikan pada dirinya tersebut. Tetapi Clarissa fikir kali ini dirinya perlu bertemu dengan dokter Rianty. Untuk sedikit mengeluarkan keluh kesahnya tanpa ragu. Berbeda dengan Nessa maupun Vanya, Clarissa tentu saja bisa setiap saat curhat masalah pribadi maupun pikiran yang mengganggu dirinya depada kedua sahabatnya. Tetapi kali ini Clarissa butuh teman curhat yang lebih privasi.
Setelah menutup panggilannya dengan Yusuf, Clarissa beranjak dari ranjang. Menuju pantry di luar kamarnya untuk membuat teh hangat. Teh chamomile adalah teh favorit Clarissa. Entah mengapa bisa begitu menyukai, tetapi aromanya bisa membuat Clarissa tenang.
***
"Terimakasih atas kehadiran bapak ibu yang ada disini, terutama Miss Clarissa." Dengan manis Raka melemparkan senyumnya untuk Clarissa.
"Rapat saya akhiri sampai disini." Lanjut Raka yang kemudian menjabat tangan Orang-orang penting yang berada di dekatnya, termasuk Clarissa.
Telapak tangan Clarissa masih selembut biasanya, ingin sekali Raka untuk tetap menggenggam tangan Clarissa seperti ini lebih lama. Tetapi dengan sigap Clarissa sudah mengantisipasi, sehingga sebelum Raka merasakan kelembutan telapak tangannya lebih dari 3 detik sesegera mungkin Clarissa melepaskannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Cla
Romance-CLARISSA ISVARA DHARMA- Umur 28 tahun, Cantik, sukses, kaya, dihormati, dermawan, anak tunggal. Kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya adalah SEMPURNA. Akan tetapi kata sempurna tidak untuk kisah percintaannya. Kembali dipertemukan dengan mant...