Tangan ini yang awalnya dengan lihai menari diatas kertas yang harus ku tanda tangani terpaksa berhenti karena ponselku dengan begitu nyaringnya berbunyi.
"Assalamualaikum ma." sapaku pada wanita yang sudah melahirkanku.
"Waalaikumsalam. Lagi apa kamu nak ?" tanya mama penuh kelembutan.
"Ini masih dikantor ma. Ada apa ?"
"Ini udah lewat jam makan siang kurang lebih 15 menit lho Cla. Jangan telat makan deh, maag kamu kalau udah kambuh engga bisa di tolerir." cecar mama padaku.
"Aku udah beli makan ma, tadi minta tolong pak Asep beliin aku nasi padang."
"Ya udah buruan dimakan."
"Gimana mau makan kalau mama telfon Clarissa gini. Tumben lho mama telfon, ada apa ???"
"Ya masak telfon anak sendiri harus ada alesannya sih. Kamu soalnya lama enggak kabarin mama. Pokoknya nanti kamu harus pulang kerumah yaa !!!" pinta mama, pulang kerumah adalah tujuan kesekian didaftar kegiatanku.
"Kapan-kapan aja yaa ma kalau Clarissa luang."
"Terakhir kali mama minta kamu pulang kerumah alesanmu juga itu lho Cla. Dan sampai sekarang kamu belum mampir juga kan."
"Ya karena Clarissa belum ada waktu luang ma makanya belum bisa kerumah."
"Kalau kamu enggak mau pulang karena ada papa seenggaknya kamu pulang untuk mama nak."
"Mama tahu kamu masih belum bisa memaafkan papa, tapi kamu anak mama satu-satunya Cla. Mama engga bisa kalau harus kehilangan kamu juga."
"Ya udah nanti Clarissa pulang." jawabku yang mudah luluh dengan permohonan mama.
"Kamu mau dimasakin apa makan malam nanti ?" tawar mama padaku.
"Apa aja asal mama yang masak pasti Clarissa makan kok." jawaban familiar itu yang hanya bisa keluar dari mulutku.
"Oke deh, serahkan semua ke mama."
"Ya udah ma, Cla tutup telfonnya yaa. Mau makan siang dulu. Assalamualaikum."
"Iyaa sayang, waalaikumsalam"
Aku menghela nafas berat. Permintaan mama pantang untuk aku tolak. Salah satunya juga tentang pulang kerumah, tempat itu adalah tempat yang jarang sekali aku kunjungi. Walaupun rumah itu aku yang membeli dan juga atas namaku rasanya berat untuk pulang, apalagi kalau harus bertemu dengan laki-laki yang aku panggil papa.
Hubunganku dan Yudhistira Dharma yang tak lain adalah papaku tidak terlalu baik, bahkan keharmonisan keluarga kami nyatanya tidak seperti apa yang orang-orang lihat dan orang-orang fikir.
"Mas aku mohon jangan tinggalkan aku. Kasihan Clarissa." tangis wanita cantik bernama Eva itu tak terbendung lagi kala sang suami Yudhistira Dharma yang sering di panggil Yudhi itu ingin mengakhiri rumah tangga mereka.
"Aku akan tetap bertanggung jawab soal Clarissa, biaya sekolah sampai dia lulus dan mendaftar di universitas akan aku tanggung. Lagi pula untuk apa rumah tangga ini masih bertahan kalau aku saja sudah tidak sudi lagi hidup bersamamu." Jawab Yudhi dengan angkuhnya sambil menunjuk-nunjuk wajah sang istri.
Perselingkuhan yang selama 2 tahun ini ia tutupi akhkirnya terbongkar juga. Siang tadi Eva memergokinya jalan-jalan dimall dan bergandengan mesra dengan sekretaris suaminya. Tak bisa mengelak, Yudhipun akhirnya mengaku juga.
Dibutakan oleh cinta kepada sekretarisnya Yudhi bahkan lebih memilih meninggalkan Eva yang kurang lebih sudah 18 tahun membina rumah tangga bersamanya. Kesenangan sesaat yang diberikan sang sekretaris kepada Yudhi nyatanya mampu membuat dia lupa diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Cla
Romance-CLARISSA ISVARA DHARMA- Umur 28 tahun, Cantik, sukses, kaya, dihormati, dermawan, anak tunggal. Kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya adalah SEMPURNA. Akan tetapi kata sempurna tidak untuk kisah percintaannya. Kembali dipertemukan dengan mant...