"Astagfirullahhaladzim..."
"Astagfirullah, istigfar Cla, istigfar..."
Ucapku menenangkan diri. Jarum jam baru menunjukkan pukul setengah 3 dini hari. Dan mimpi buruk yang dulu selalu aku alami malam ini kembali terulang.
Aku menyeka keringat yang bercucuran didahiku dengan tissue yang ada diatas nakas sebelah kanan ranjang. Kuhirup udara dalam-dalam lalu menghembuskan perlahan. Kalimat istigfar juga masih kuucap lirih. Detak jantungku masih dengan hebatnya berdetak.
Ini yang aku selalu aku takuti apabila kembali bertemu dengan papa. Bayang-bayang kejadian dulu akan selalu muncul di tidurku sebagai mimpi buruk. Bayangan dimana papa dengan membabi buta memukuliku selalu menjadi mimpi buruk bagiku apabila kembali menatap wajah laki-laki yang dulu selalu menjadi pelindung untukku.
"Ya Allah Cla, jangan mikir-mikir itu lagi please." sugestiku pada diriku sendiri. Dulu mama akan selalu ikut terbangun lalu memelukku erat. Tapi itu dulu, sekarang aku harus melawan mimpi buruk ini sendiri. Sudah lebih dari 2 tahun aku lepas dari obat penenang. Dan aku tidak mau lagi kembali mengkonsumsi barang itu.
"Ini bukan mimpi buruk Clarissa, ini cara Allah bangunin kamu buat sholat tahajud." ucapku dengan tenang.
Sadar telah lama melalaikan sholat di sepertiga malam itu aku segera bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu. Lalu menggelar sajadah dan memakai mukena warna putih yang selalu mama simpan di dalam nakas sebelah kiri.
"Ya Allah, sehatkan mamaku. Panjangkan umurnya. Berikan ketenangan selalu dihidupnya. Beri mama selalu kelancaran atas apa yang selalu ia inginkan Ya Allah. Beri mama kesabaran berlipat ganda untuk menghadapi semua cobaan-cobaan yang menimpa keluarga kami. Aammmiiiiiiinn."
Segera kulipat sajadah dan juga mukena dan kuletakan ditempat semula. kemudian menempatkan diri diranjang, mata ku yang belum juga merasakan mengantuk membuatku menyambar ponsel yang berada di bantal sebalahku. Mengecek beberapa pesan dan juga email yang masuk.
***
Setelah sholat subuh aku memutuskan untuk ber-jogging berkeliling di seputaran komplek perumahanku. Sudah banyak pula tetangga yang melakukan aktivitas yang sama denganku, karena ini adalah weekend. Banyak juga yang hanya berjalan-jalan bersama anjing peliharaan mereka. Bahkan kulihat tante Ema yang rumahnya tepat di seberang rumahku sedang berjalan-jalan bersama cucunya yang baru berusia 4 bulan dengan stroller, lucu sekali.
"Pagi tante !!" sapaku.
"Clarissa, lama kau tidak kelihatan." jawab Tante Ema.
"Iya tante, belum sempet kerumah. Lagi sibuk terus soalnya."
"Cia ya ampun lucu banget sih, pipinya pengen nyubit deh." lanjut ku gemas melihat Felicia cucu tante Ema.
"Kamu kapan nih mau punya yang begini." goda Tante Ema padaku.
"Ah tante."
"Usia kamu udah pas hlo Cla, kamu juga udah mapan, karir bagus, mau nunggu apa lagi ???"
"Nunggu calon imam Clarissa nglamar dong tante..."
"Lahh, sudah ada calon rupanya."
"Do'ain aja yaa tan, nanti Clarissa sendiri deh yang anter undangan ke rumah." jawabku cekikikan.
"Serius loh tante ini."
"Hehehehh, ya udah Cla lanjut dulu yaa tan. Dadah Cia." ucapku kemudian berlalu meninggalkan tante Ema dan Felicia.
Aku memutuskan sarapan bubur yang selalu mangkal di depan pos satpam komplek. Bukan tanpa alasan aku memutuskan sarapan disini. Hanya enggan saja harus kembali satu meja makan dengan papa. Biasanya aku makan disini ditemani mama atau kadang bersama mbok Sumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Cla
Romance-CLARISSA ISVARA DHARMA- Umur 28 tahun, Cantik, sukses, kaya, dihormati, dermawan, anak tunggal. Kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya adalah SEMPURNA. Akan tetapi kata sempurna tidak untuk kisah percintaannya. Kembali dipertemukan dengan mant...