Mendung pekat Minggu pagi ini belum ada tanda-tanda akan jatuh menjadi tetesan kristal bening. Wanita cantik yang masih memakai kimono bahan satin sutra itupun juga masih bergelung begitu nyamannya diranjang. Cuaca pagi ini memang sungguh pas apabila dirinya masih saja setia meringkuk didalam selimut.
"Astaghfirullah haladzim anak Sholehah. Bangun dong Cla, ini udah jam 7 dan kamu masih bisa-bisanya kaya begini." Omel Eva pada anak semata wayangnya. Eva memutuskan untuk mendatangi Clarissa di apartemen mengingat terakhir kali anaknya pulang kerumah dan malah membuat hubungan suami serta anaknya tidak menunjukkan akan segera membaik.
Eva memang sering mendatangi apartemen Clarissa, kadang hanya untuk sekedar melihat kondisi anaknya. Terkadang juga datang membawa makanan kesukaan Clarissa. Tak jarang pula datang sambil membawa bahan masakan mentah untuk di masak dan dijadikan menu makan untuk anak semata wayangnya.
"Bangun ih !!!" Ditariknya selimut yang masih membungkus tubuh anaknya secara paksa. Clarissa hanya melenguh pelan karena merasa tidurnya terganggu.
"Bangun mama bilang. Sholat subuh dulu sana."
"Cla udah sholat mama, habis sholat lanjut tidur lagi. Cla masih ngantuk." Dengan mata yang masih setengah tertutup.
"Mama udah sering bilang sama kamu kan, habis sholat subuh itu jangan balik tidur lagi." Ujar Eva sembari membereskan mukena dan sajadah yang Clarissa gunakan untuk beribadah. Barang-barang tersebut masih tergeletak dilantai.
"Iyaa iyaa !!! Nih Clarissa melek." Ucap Clarissa yang akhirnya terbangun lalu menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
"Dasar, umur boleh tambah tua tapi kelakuan masih kaya anak SMP." Eva bermonolog sambil membersihkan ranjang yang baru saja anaknya tinggalkan.
"Mama tumben kesini...!?" Ujar Clarissa setelah keluar dari kamar mandi dan menemukan mamanya masih membereskan ranjang.
"Emangnya kamu mau datang kerumah !!" Jawab Eva sarkas.
"Mau, asal Bapak Yudhistira Dharma tidak ada disana." Dengan entengnya Clarissa menjawab. Eva yang sebelumnya masih sibuk menata bed cover terdiam sesaat. Eva fikir setelah Yudhi kembali kepada mereka kepercayaan Clarissa terhadap papanya juga akan turut kembali. Nyatanya anak perempuan satu-satunya itu masih saja merasa tidak membutuhkan sosok papa.
"Kamu mau mama masakin apa ??" Eva mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Tumis brokoli boleh, sekalian sama cumi goreng tepung juga enggak apa-apa. Sama sambel terong juga deh ma." Clarissa masih sibuk mengikat asal rambut panjangnya.
"Eh sekalian tempe mendoan yaa ma, udah lama Clarissa enggak makan tempe mendoan buatan mama." Clarissa selalu berkata, bahwa makanan favoritnya adalah tempe mendoan buatan sang mama.
"Boleh, kalau gitu ganti baju kita kepasar. Mumpung belum siang-siang banget jadi masih bisa kebagian bahan makanan yang masih bagus."
"Yahh, kenapa mama tadi enggak mampir ke pasar dulu..."
"Memangnya mamamu ini tahu kamu mau di masakin apa ??"
"Ya udah kalo gitu masak yang ada di kulkas aja deh."
"Ngawur, kulkas kamu itu cuma ada telur, roti tawar yang udah jamuran, sayur juga udah pada layu. Mau kamu mama masakin itu...!!!" Tantang Eva gemas karena Clarissa akan sedikit susah diajak berbelanja kepasar.
"Iyaa deh iyaa, Clarissa anter mama." Akhirnya Clarissa mau tak mau akan pergi kepasar dengan mamanya. Biasanya kalau dirumah tukang sayur langganan yang akan mengantarkan bahan makanan.
"Nanti sekalian beli buat isi kulkas kamu. Mama yakin 100% kalau kamu kebanyakan makan makanan junk food akhir-akhir ini."
"Enak aja, Clarissa beli makanan lewat ojek online kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Cla
Romance-CLARISSA ISVARA DHARMA- Umur 28 tahun, Cantik, sukses, kaya, dihormati, dermawan, anak tunggal. Kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya adalah SEMPURNA. Akan tetapi kata sempurna tidak untuk kisah percintaannya. Kembali dipertemukan dengan mant...