PART 46

11.4K 631 14
                                    

Happy reading, jangan lupa kasih vote banyak-banyak 🥰🥰🥰😘

Raka banyak diam pagi ini. Dia banyak menunduk dimeja makan. Belum sedikitpun mengeluarkan suara. Ardi tahu kalau anaknya pasti sedang ada masalah. Ditambah memar akibat perkelahian dengan Agam kemarin siang. Membuat Ardi kian yakin anak bungsunya sedang terlibat masalah, entah itu masalah besar maupun sepele.

Rengganis juga sebenarnya tahu kalau wajah anaknya babak belur. Tapi dia tidak akan memaksa Raka bercerita. Biarkan anaknya itu yang bercerita dengan sendirinya.

"Muka kamu kenapa...???" Tanya Ardi. Dia tidak tahan lagi untuk bertanya. Seketika seluruh orang yang duduk dimeja makan memandang kearah Ardi dan berpindah ke Raka.

"Enggak apa-apa pa." Jawab Raka seadanya.

"Kenapa bonyok gitu." Desak Ardi kepada anaknya.

"Oh ini maksud papa." Kata Raka sembari mengusap pelan sudut bibirnya yang terlihat agak membiru. Dia pura-pura tidak tahu atas apa yang dimaksud papanya.

"Ya biasa lah pa." Jawab Raka enteng. Sama sekali Raka tidak melihat kearah papanya. Pura-pura sibuk dengan menu sarapannya pagi ini.

"Biasa apanya. Kamu hampir enggak pernah berantem. Lusa malam kamu udah enggak pulang. Terus pulang-pulang juga papa sama mama enggak tahu. Tiba-tiba pagi ini lihat muka kamu begitu apanya yang biasa." Ardi sudah ingin meledak sekarang. Dan tentu saja itu karena kelakuan Raka.

"Raka kan laki-laki pa. Udah lah jangan terlalu berlebihan. Enggak apa-apa kan sekali-kali berantem. Kalau memang dengan begitu masalahnya kelar." Kata Rengganis menenangkan suaminya. Tapi yang ditangkap Ardi adalah istrinya sedang membela Raka.

"Mana ada masalah yang kelar dengan berantem. Yang ada setelahnya akan nambah masalah baru...!!!!" Kata Ardi dengan tegasnya.

"Memangnya berantem kenapa...???" Tanya laki-laki yang dituakan dirumah itu. Laki-laki yang seluruh rambutnya sudah memutih karena termakan usia. Sedari tadi Rudi hanya menatap anak dan cucunya yang sedang berdebat.

"Rebutan lahan parkir opa."

"Parkir dihati Clarissa maksud Raka." Lanjut Raka dalam hati.

"Jangan ngada-ada...." Ucap Ardi tidak percaya dengan ucapan Raka.

"Terus yang menang siapa...???" Tanya Rudi meladeni Raka yang jelas-jelas alasannya tidak masuk akal.

"Harusnya Raka menang. Tapi keburu dipisah." Jawab Raka percaya diri menanggapi pertanyaan kakeknya.

"Gimana sih kamu. Harusnya kamu nekat aja." Ucap Rudi menggebu.

"Papa jangan membenarkan kelakuan Raka dong." Kata Ardi memperingatkan Rudi yang terlihat tidak masalah kalau cucunya itu terlibat perkelahian.

"Kamu juga...!!!" Kata Ardi menatap tajam kearah anaknya.

"Kalau memang mau adu jotos di ring tinju. Kalau perlu papa danai sekalian."

Raka menunduk. Dia takut dengan Ardi, Ardi jarang sekali marah. Tapi jika sudah marah bisa tanpa ampun Raka dihajar papanya.

Raka yakin sekali kalau mamanya sama sekali belum bercerita apapun kepada Ardi soal Clarissa. Buktinya sedikit saja Ardi tidak membahas apapun mengenai Clarissa. Mungkin setahu Ardi hubungannya dan Clarissa baik-baik saja.

"Setelah selesai sarapan keruang kerja papa....!!!!" Titah Ardi pada anaknya. Ardi tidak mungkin akan membahas soal pekerjaan. Raka yakin sekali Ardi akan mencecarnya gara-gara wajahnya yang babak belur ini.

"Setelah mama obatin lukanya Raka ya pa." Pinta Rengganis. Dia tidak tega melihat anaknya. Dan Raka pasti belum mengobati atau hanya sekedar mengompres dengan es batu. Rengganis hanya ingin memastikan kalau luka anaknya tidak begitu parah.

[END] ClaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang