PART 40

12.1K 562 10
                                    

Belum direvisi masih banyak typo. Jangan lupa typo ditandain 😘😘

Sudah hampir 7 jam Nessa merasakan betapa sakitnya kontraksi. Durasi kontraksi yang datang juga semakin lama dan juga sudah semakin sering. Perutnya juga terasa mulas. Ketubannya sudah pecah saat pembukaan ke-4 tadi. Posisi tidurnya miring kekiri. Sesekali Nessa meringis kesakitan.

Kedua orang tua Nessa dan juga orang tua dari Dhani sudah datang dirumah sakit. Tak lupa ada Vanya juga disana. Dhani dengan sabar membantu Nessa, walaupun dirinya tidak merasakan betapa sakitnya kontraksi yang saat ini dirasakan istrinya. Setidaknya Dhani menguatkan Nessa agar wanita yang bersikukuh ingin lahiran secara normal itu mampu berjuang hingga akhir.

"Dek, atau mau Caesar aja...???" Tanya Dhani lagi. Tangannya masih setia menggenggam tangan Nessa. Sesekali ketika kontraksi datang, tak jarang Nessa meremas kuat tangan suaminya.

"Enggak mas. Kata dokter Melly aku bisa lahiran normal. Dan aku juga mau normal."

"Tapi kalau Caesar kan kamu enggak nahan sakit lama-lama. Setelah baby-nya lahir udah kan." Kata Dhani lagi mencoba membujuk istrinya.

"Siapa bilang..."

"Kalau Caesar enggak sakit..." Suara Nessa terputus-putus, karena dia juga mengatur nafasnya sendiri.

"Justru kalau Caesar..."

"Sampai beberapa tahun masih ada yang rasain sakit massssssssss......." Diujung kalimatnya Nessa meringis lagi, kali ini remasan ditangan Dhani terasa lebih kuat dibanding sebelum-sebelumnya.

"Astaghfirullahal 'adhiim"

"Astaghfirullahal 'adhiim"

"Astaghfirullahal 'adhiim"

Tak henti mulut Nessa mengucap istighfar. Dhani juga sesekali terdengar membaca ayat kursi secara lirih sembari mengelus kepala istrinya yang terbalut jilbab bergo berbahan kaos berwarna merah maroon.

"Clarissa udah kesini mas...???" Tanya Nessa.

"Belum, tadi Yusuf udah kesini. Dia udah urus semuanya." Kata Dhani memberi tahu.

"Vanya diluar...???"

"Vanya, Ibu, Bapak, sama Papa, mama baru keluar cari makan. Bentar lagi paling mereka balik." Dhani tidak menyampaikan apa yang Yusuf tadi sampaikan kepada dirinya kalau Clarissa tidak bisa datang menemani Nessa. Dia tidak mau saja kalau Nessa jadi kepikiran.

"Ness, cek lagi yuk udah bukaan keberapa...." Dokter Melly menempatkan diri tepat di bawah tubuh Nessa. Nessa membenarkan posisi tidurnya. Membuka kedua kakinya lebar.

"Udah bukaan 8 ini. Sabar yaa. Dinikmati sakitnya. Belajar pernafasan dulu boleh sambil nunggu biar bukaannya sempurna." Kata dokter Melly.

Nessa mengikuti anjuran dokter Melly, dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Tehnik itu dia ulang beberapa kali.

"Jangan mengejan dulu yaa." Ucap dokter Melly mewanti-wanti.

"Tapi ini si adek udah kaya dorong-dorong pengen keluar gitu dok." Kata Nessa.

"Iyaa sabar dulu yaa. Sebentar lagi kok." Dokter Melly memberikan semangat untuk pasien VIP-nya. Bagaimana tidak, Awan benar-benar mengosongkan lantai 4 gedung khusus bersalin yang berada di kompleks rumah sakit milik keluarganya. Bahkan atas perintah Clarissa, Yusuf juga sudah menyiapkan helikopter jika memang nantinya Nessa memerlukan rujukan ke rumah sakit lain. Melly meninggalkan Dhani dan Nessa keruangan yang disiapkan Awan untuk dirinya beristirahat tepat di samping ruangan Nessa.

"Gimana Dhan...???" Ayah dari Nessa masuk, bersama ibunya dan juga besannya.

"Udah bukaan 8 pak." Jawab Dhani.

[END] ClaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang