PART 38

9.2K 517 20
                                    

Masih banyak typo, jangan lupa ditandain !!! 😘😘

Dengan angkuh, laki-laki bernama Beni duduk di kursi sofa single tepat diseberang anaknya dan Clarissa. Istrinya juga terlihat ikut duduk bersama ketiganya. Seketika rumah mewah milik Beni Kurniawan itu terasa sangat mencekam. Clarissa menundukkan kepalanya dalam. Menatap ujung Flat shoes berwarna merah maroon yang dia kenakan saat ini. Tangannya bertaut menjadi satu dipangkuan. Telapak tangannya berkeringat. Sedangkan kekasihnya, Agam juga sama-sama menunduk.

"Sudah berapa bulan...???" Suara Beni membuat keduanya berani mengangkat kepala. Tatapan matanya tajam menatap Agam dan Clarissa bergantian.

"15 minggu om." Jawab Clarissa sedikit takut.

"Sudah selama itu...???" Tanya istri Beni, Wulan dengan raut wajah terkejut.

"Tapi kenapa perut kamu belum kelihatan membuncit Cla...???" Tanya Wulan dengan lembut.

Memang perut Clarissa sama sekali belum terlihat membuncit. Tertolong oleh postur tubuhnya yang ramping sehingga perutnya tidak terlihat membesar. Dan Clarissa juga berhasil menyembunyikan.

"Atau jangan-jangan kamu cuma ngaku-ngaku hamil biar Agam nikah sama kamu." Tuduh Beni pada Clarissa.

"Memang atas dasar apa saya sampai harus berpura-pura hamil..." Clarissa perlu membela diri atas tuduhan yang beni tunjukan kepadanya.

"Karena kamu kan tahu Agam ini anak semata wayang dan pewaris tunggal. Jadi jelas motif apa yang menjadikan kamu berbuat sejauh ini." Ucap Yudhi.

'Andai anda tahu om kalau saya anak dari seorang Yudhistira Dharma. Apa saya juga akan anda perlakukan seperti ini...???' batin Clarissa. Clarissa menyembunyikan fakta itu, dia juga tidak mau berhubungan lagi dengan seorang Yudhistira Dharma. Jika membandingkan aset kekayaan tentu saja Yudhistira Dharma masih ada jauh diatas seorang Beni Kurniawan.

"Pa..." Kata Agam memperingati papanya agar tidak melukai hati wanita yang dia cintai.

"Gugurkan saja...!!!" Beni berucap seperti memang dia sangat tidak menginginkan anak yang ada didalam kandungan Clarissa.

Ucapnya sungguh membuat Wulan, Clarissa dan Agam terkejut. Tidak menyangka kalau Beni tega mengatakan hal itu. Tega meminta cucunya untuk dilenyapkan.

"Pa, kita cari jalan terbaik. Jangan seperti ini." Wulan memohon kepada suaminya agar suaminya tidak bertindak gegabah.

"Saya kasih uang 100 juta. Gunain uang itu buat gugurin kandungan kamu dan sisanya untuk tutup mulut."

"Papa...." Ucap Agam sembari menatap langsung ke arah mata papanya.

"Biarkan Agam tanggung jawab." Mohon Agam.

"Tanggung jawab kamu kuliah yang bener. Belajar, karena begitu kamu lulus kuliah kamu akan menggantikan papa."

"Tapi anak dalam kandungan Clarissa anak Agam pa...." Suara Agam terdengar sangat putus asa.

"Papa kan sudah memberi solusi."

"Aborsi...!!!"

"Masa depan kamu masih panjang Gam. Jangan goyah cuma karena pacarmu ngaku hamil." Beni hanya memikirkan nasib anaknya saja. Dirinya sama sekali tidak peduli dengan Clarissa maupun calon cucunya.

"Pa, kita juga perlu berbicara dengan keluarganya Clarissa." Ucap Wulan dengan hati-hati karena dirinya tahu suaminya sedang terbakar emosi.

"Orang tua kamu sudah tau Cla...???" Tanya Wulan dengan penuh perhatian.

[END] ClaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang