PART 22

15.2K 759 20
                                    

Raka Mahesa Janardana, Laki-laki yang telah meninggalkan luka dalam pada hati Clarissa. Kembali memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya membuat Raka berjanji, Clarissa akan menjadi prioritas. Clarissa adalah wanita kedua yang tidak akan Raka sakiti setelah mamanya. Raka tidak akan menyia-nyiakan Clarissa lagi.

Kian hari perasaannya untuk Clarissa kian membuncah. Dengan hanya memikirkan Clarissa saja hatinya sudah berbunga-bunga. Sehari tidak mendengar suara Clarissa, Raka bisa uring-uringan tidak jelas. Clarissa pergi tidak pamit Raka bisa blingsatan tidak karuan. Anak jaman sekarang pasti mengatakan kalau Raka adalah sosok laki-laki bucin. Tapi memang seperti itu kenyataannya.

Sikap Clarissa jauh lebih dewasa. Jatuh bangun kisah percintaannya membuat Clarissa bersikap jauh dari kata kekanakan. Ditambah sekarang Raka bersikap sangat manja membuat Clarissa kadang harus menyiapkan sabar yang berlipat ganda. Raka harus tahu kegiatan apa yang Clarissa lakukan setiap harinya. Untung saja Raka masih bisa memahami kondisi Clarissa. Entah mengapa Raka bersikap manja hanya kepada Clarissa saja. Selebihnya yang Raka perlihatkan adalah sikap berwibawa.

Tatanan Rambut Raka tidak pernah terlihat berantakan, selalu rapi. Seperti halnya hari ini. Raka akan menemani Clarissa di acara 7 bulan kehamilan Nessa. Tidak terasa hubungan mereka sudah kembali berjalan 5 bulan. Sejauh ini tidak ada percekcokan serius diantara keduanya. Kadang Raka yang membuat gara-gara perihal masalah sepele. Tapi itu semua juga sudah bisa diatasi.

"Cantik banget calon istriku." Puji Raka setelah Clarissa keluar dari kamarnya. Melihat Clarissa menggunakan kaftan berwarna biru muda dipadukan dengan jilbab pasmina berwarna broken white. Acara Nessa siang ini memang pengajian terlebih dahulu. Setelahnya akan ada acara rangkaian siraman untuk Nessa dan suaminya.

"Kaya enggak pernah lihat aku cantik aja." Jawab Clarissa sembari memasukkan handphone yang berada di samping Raka ke dalam tas. Kemudian duduk bersama Raka disofa ruang tengah sembari menunggu untuk segera berangkat.

"Biasanya juga cantik. Tapi pake jilbab gini cantiknya nambah. Adem liatnya." Clarissa tidak mempan dirayu seperti itu. Jadi hanya membiarkan saja Raka membual.

"Jadi pengen cepet-cepet halalin kamu." Raka berkata dengan memandang Clarissa yang duduk disebelahnya.

Clarissa menoleh, kemudian berkata, "emang udah siap...???"

"Udah sayang insyaallah. Alhamdulillah aku enggak nganggur, penghasilan aku juga cukup buat hidup kita sampai kita punya anak nantinya. Rumah juga alhamdulillah udah ada dan proses renovasi dibeberapa tempat. Modal maskawin insyaallah berapapun kamu minta aku ada. Modal buat pesta impian kamu Insyaallah aku bisa turutin."

"Ka, nikah itu bukan perkara udah bebas lakuin apapun karena status udah halal. Tapi itu janji kamu ke Allah, janji kamu ke orang tua aku. Nikah juga bukan semata-mata udah hidup serumah, tidur bareng, punya anak. Menurut aku udah siap atau belum kamu buat jadi imam. Jadi imam itu nuntun makmumnya ke jalan yang lebih baik. Tanggung jawabnya gede. Kalo jalanin seenaknya aja rumah tangga juga gampang goyah."

"Kalo cuma masalah rumah aku juga ada. Masalah uang aku juga punya. Kalau ditanya udah siap nikah atau belum jelas secara financial aku udah siap. Aku cuma lebih antisipasi aja jangan sampai kejadian rumah tangga orang tuaku dulu kejadian juga ke rumah tangga ku nanti."

"Kalau ditanya aku siap atau belum Insyaallah aku siap lahir dan batin Cla. Kamu minta ketemu sama orang tua kamu juga aku sanggup lakuin. Itu semua demi menunjukkan keseriusan aku jalanin hubungan ini. Apa kamu enggak mau kalau kita lebih berkomitmen dengan hubungan kita sekarang....???"

"Jelas aku mau menikah. Tapi aku ulangi sekali lagi Ka, biar kamu paham, biar kamu ngerti, dan biar kamu jelas."

Sebelum melanjutkan apa yang ingin disampaikan, Clarissa menarik nafasnya dalam-dalam.

[END] ClaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang