"Eh katanya anak itu sok banget loh dengan nolak semua cowok yang nembak dia?"
ucap seorang siswa menatap sinis gadis di seberang.
"Bukan sok lagi, tpi beneran ngejengkelin. Yah sih cantik, tapi sifatnya buruk banget."
"Hm, cepat atau lambat dia pa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Merayakannya? Tapi, kenapa kalian tidak mengajak gue juga, Marvin?"
"Ya maap, Kak. Sebenarnya kami sudah sepakat agar tidak memberitahu hal ini padamu, karena kondisi kesehatan mu yang tidak memungkinkan. Terlebih lagi, Kak Alisha pasti akan mencercaku, ah bukan. Mencerca kami habis-habisan karena mengajakmu untuk keluar malam dengan kondisi begitu."
"Sudahlah."
"Jangan merajuk gitu, dong. Ntar besok kita balik merayakan kemenangan kita di sekolah. Jadi, jangan marah lagi ya?"
"Bodoh. Tapi ngomong-ngomong, kalian 'kan tau kalau kami tidak dekat. Terus kenapa kalian malah bertanya perihal Adelio sama gue?"
"Kami kira Kakak akan tahu soal dia. Soalnya-"
"Marvin! Ayo cepetan! Kalau dia tidak datang ya sudah, tidak perlu mengemis dengan anak baru itu!"
Kevin mendengar suara lain dari balik telepon yang tertuju pada Marvin.
"Ah iya-iya! Kak, Vin. Aku gabung dengan yang lain dulu, ya? Byee."
✿
✿
✿
Kala benda tajam mulai menyentuh leher Alisha, matanya tertutup rapat.
"Kak. Kau di mana?"
CRESSSTT
Suara goresan pisau terdengar. Bau anyir darah segar kembali tercium. Mata Alisha masih setia terkatup rapat. Jantungnya bersenam di dalam sana. Teriakan Saga pun tak membuatkan Alisha membuka matanya.
Saga berteriak kencang saat matanya tergores oleh pisau tajam yang menancap di samping dinding sebelahnya berada. Pisau yang ada di tangannya turut ia lepaskan, kemudian beralih memegang matanya yang terasa perih.
"Berani sekali kau menyentuh adikku!"
Sebuah kalimat terlontar membuatkan Alisha membuka matanya perlahan. Saga beranjak mundur dan berguling-guling di lantai sembari meraung kesakitan.
Mata Alisha beralih pada sosok orang yang berada di ambang pintu masuk dan keluar satu-satunya. Sang pelaku yang sudah melemparkan pisau hingga mengenai mata Saga yang kini tertancap di dinding di antara Alisha dan Saga. Matanya berkaca-kaca saat melihat orang yang sangat ia kenal.
"K-Kak Ai-den …."
Bersamaan dengan laki-laki itu melangkahkan kakinya, kumpulan bawahannya turut masuk dan mulai menahan pergerakan Saga serta anak buahnya.
Adelio dilepas dari kekangan para musuh dan duduk sembari meraup udara sebanyak-banyaknya. Matanya kini tertuju pada Aiden yang langsung menangkap tubuh Alisha, lantaran kakinya yang tak dapat menopang lagi tubuhnya.