°••[Diambang Batas]••°
"Jadi ... kalian meninggalkannya?"
"Ya sih. Dia yang minta, dari logat dia ngomong juga kami gak percaya kalo cuma ambil botol minum doang."
"Nah betul tuh, Indria. Lagian sewaktu jam istirahat juga dia gak minum dari botol yang ia bawa. Ah tidak, dia malah samsek gak ngeluarin botol minum tuh."
"Terus kenapa kalian gak ngikutin dia? Bisa aja dia pergi menemui keempat teman laki-lakinya yang sering kalian bincangkan itu!"
"Tenang saja soal itu, Vin. Lagi pula kami sudah memberinya ijin untuk menemui mereka. Tapi, kami memintanya untuk selalu menghubungi kita sewaktu menemui mereka, jadi kita tidak perlu cemas," jelas Indria dari seberang telefon.
"Hah? Kenapa kalian nggak cerita sama gue dari awal?"
"Yudah, sekarang kami ceritain, deh," tutur Kirana yang juga turut serta dalam panggilan.
Hari sudah benar-benar gelap. Suhu udara turut mulai turun seiring waktu berlalu. Semilir angin yang berhembus tak menyurutkan rasa panas yang bergelora di dalam diri dua sejoli yang kini mati-matian melawan musuh.
Tak segan-segan Adelio menusuk dan mencabik musuh guna melumpuhkan. Alisha bertarung dengan tangan kosong membuatkan ia lebih kewalahan dari biasanya. Alisha menguncir kuda rambutnya menggunakan kaus kaki untuk memudahkannya bergerak cepat dan melihat dengan leluasa.
"Hei ...," Adelio memanggil Alisha di tengah ia memukul musuh dengan nafas ngos-ngosan. "Berapa banyak yang ... sudah lo lumpuhin?"
Alisha menghindar ke samping dan langsung melayangkan pukulan hingga mengenai tepat di wajah musuh. Alisha melirik Adelio sejenak sembari menunjukkan kepalan tangannya yang berlumuran darah. "Dua puluh lima, ah bukan. Gue rasa dua puluh sembil-"
Alisha kembali menghindari pukulan dari arah samping yang dilayangkan oleh musuh. Alisha dengan sigap memegang lengan laki-laki itu, lalu langsung membenturkan lengan tersebut hingga mengenai lutut kakinya yang ia angkat dengan irama cepat. Suara patahan tulang terdengar membuat Adelio yang melihatnya meringis sejenak.
Teriakan orang tersebut membuatkan Alisha langsung menghajar wajah laki-laki itu tepat di hidung. Kembali terdengar suara retakan tulang patah dari hidung laki-laki itu yang seketika mengeluarkan cairan merah darah kemudian pingsan.
"Yosh. Genap tiga puluh," Alisha melanjutkan kalimatnya yang sempat tertunda dengan tetes-tetes darah menghias wajahnya sembari menatap Adelio.
Adelio yang tak mau kalah pun kembali menyerang dua laki-laki lain yang sekaligus melaju ke arahnya. Adelio menghujam tepat di selangka satu laki-laki, lalu dilanjutkan dengan menendang perut laki-laki satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Brengsek✔
Roman pour Adolescents"Eh katanya anak itu sok banget loh dengan nolak semua cowok yang nembak dia?" ucap seorang siswa menatap sinis gadis di seberang. "Bukan sok lagi, tpi beneran ngejengkelin. Yah sih cantik, tapi sifatnya buruk banget." "Hm, cepat atau lambat dia pa...