°••[Menemani Kevin]••°
"Selamat datang, Pak," sambut seorang pemuda dengan pakaian rapi khas tempat tersebut yang tengah memegang sapu dan sekop.
Orang yang disapa tersenyum tipis sebagai jawaban lalu menepuk pelan bahu sang pemuda. "Gimana hari ini?" tanya orang tersebut.
"Ramai seperti biasa, Pak. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Kevin?" laki-laki itu tampak bertanya dengan raut muka masam. "Saya dengar dia sudah sadar kemarin?"
"Ah, iya. Dia baik-baik saja. Sepertinya kamu sangat bosan, ya, tanpa adanya putraku itu," ucap laki-laki berumur tersebut sembari terkekeh pelan.
"Yah … gimana, ya, Pak. Lagipula kami juga cukup akrab selama saya membantu membersihkan Gym ini. Saya jadi tidak enak karena tidak bisa menjenguknya," kata pemuda itu mengusap pelan tengkuknya dengan arah pandang ke sana ke sini.
Laki-laki yang terlihat lebih tua mengusap pelan puncak kepala laki-laki itu sembari memberikan senyum manisnya. "Tidak apa-apa. Ini lebih baik ketimbang kamu datang ke sana secara langsung. Toh, Kevin sendiri yang memintanya. Tapi bukan berarti, dia tidak suka kamu mengunjunginya, namun ia tidak mau kamu melihat kondisi terburuknya," ujarnya menenangkan salah satu pekerjanya sekaligus teman putra satu-satunya.
"Iya, terimakasih. Saya mengerti," balas pemuda tersebut dengan tersenyum ramah. "Tapi Pak, Anda belum memberitahu saya siapa pelaku penusukan tersebut. Di berita juga tidak mengungkap siapa pelakunya. Hanya diketahui seorang siswi berinisial AZ, Seolah-olah semuanya sudah ditutup rapat. Bahkan dari media sosial pun tidak terdapat satu pun artikel mengenai kronologi peristiwa tersebut."
"Hahaha, kamu mencari sang pelaku sampai sebegitunya, ya."
"Tentu saja. Apalagi pelakunya seorang perempuan. Saya benar-benar tidak habis pikir. Pak Ryan juga sepertinya tidak terlalu mempermasalahkan hal ini?" laki-laki itu sepersekian detik pun membelalakan matanya. "Ah, ma-maaf, Pak. Bu-bukan ma-maksud saya untuk menyinggung Anda, ta-tapi …."
Laki-laki berumur itu tertawa pelan lalu kembali menatap anak berumur delapan belas tahun di hadapannya. "Tidak apa-apa. Saya hargai kekhawatiran mu terhadap Kevin. Tapi kamu tidak perlu memikirkannya, karena Kevin punya alasannya sendiri atas perbuatannya."
"Yah, jika Bapak sendiri yang bilang begitu mau gimana lagi," pasrah pemuda itu.
"Baiklah, kamu lanjutkan pekerjaanmu, Jovan."
"Baik, Pak."
£
£
£
Minggu adalah hari yang ditunggu banyaknya orang. Aktivitas pagi yang selalu mereka lakukan tak luput dari penglihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Brengsek✔
Ficção Adolescente"Eh katanya anak itu sok banget loh dengan nolak semua cowok yang nembak dia?" ucap seorang siswa menatap sinis gadis di seberang. "Bukan sok lagi, tpi beneran ngejengkelin. Yah sih cantik, tapi sifatnya buruk banget." "Hm, cepat atau lambat dia pa...